Lihat ke Halaman Asli

Anton DH Nugrahanto

"Untung Ada Saya"

Kehati-hatian Pers Luar Negeri

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya baca banyak berita online tentang kejatuhan Pesawat Sukhoi di beberapa media online baik dalam negeri dan luar negeri. Ada yang menarik disini di hari pertama pemberitaan hilangnya Pesawat Sukhoi, beberapa media besar seperti : Bloomberg, Huffhington news, Latimes.com, Foxnews.com, USA Today dan beberapa media asing lainnya tidak langsung menyebutkan nama Pabrikannya Sukhoi tapi hanya menyebutkan sebagai : ‘Russia-Made Plane’.

Disini terlihat sekali kehati-hatian pers resmi disitu dalam memberitakan sesuatu, setelah pihak Sukhoi mengumumkan keterangan resmi, barulah beberapa diantara mereka menyebutkan kata Sukhoi, tapi masih ada yang menyebutkan ‘Russia-Made Plane’. Bagi pers luar negeri hal penyebutan nama adalah sebagai bentuk penghormatan atas klarifikasi dan verifikasi dari pihak terkait.

Di Indonesia pers resmi kita cenderung kebablasan, nama pesawat langsung disebutkan, seluruh berita apa aja ada, bahkan wartawan lebih cenderung tau ketimbang keterangan resmi KNKT dan pihak yang bertanggung jawab atas penyelidikan, bahkan terakhir ada foto-foto korban pesawat yang diberitakan dengan cara brutal. Ketika kebebasan Pers menjadi niscaya, maka kita berpegang pada etika. – Dan tugas terpenting Jurnalis adalah ‘melakukan penjagaan berita, mana yang etis atau tak etis yang bisa dilempar ke masyarakat’. Saya rasa etika ini yang harus dikembalikan ke dalam nilai-nilai kewartawanan kita yang harus semakin dewasa setelah era Bredel Harmoko berlalu.

Namun ada pesan yang tak terlihat disini masalah begitu telanjangnya wartawan dalam memberitakan : “Unsur ketidakpercayaan pada pihak resmi” bila di Negara maju pihak resmi menjadi bagian patokan pertama berita, maka di Indonesia pihak resmi hanyalah suara senyap, yang didengar adalah ‘spekulasi-spekulasi’. Jadi berita di Indonesia ini layaknya seperti pertarungan saham-saham gorengan, hanya bersandar pada rumor bukan faktor fundamental sebuah saham.

-Anton DH Nugrahanto-.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline