"Pa, jangan papa"
"Aku anakmu pa!"
" Aduh pa, sakit pa, aku takut"
Ungkapan di atas, mugkin saja keluar dari mulut gadis kecil korban perkosaan seorang ayah bejat. Rintihan sedih bercampur rasa takut bisa saja membungkam mulutnya.
Kekarnya tubuh dan kuatnya cengkraman yang sudah dirasuki iblis menjadikan laku sang ayah semakin bringas. Rasa belas kasih sirna ditelan nafsu syahwatnya. Rintihan pilu sang anak tak terdengar ditelinga sang ayah, karena diselimuti oleh rayuan maut syaitan dan iblis dari berbagai penjuru. Gadis kecil yang malang itupun pasrah.
Sudah pasti, deraian air matanya akan terus mengalir dengan kepedihan yang teramat dalam. Kenikmatan sesaat yang diperoleh sang ayah, membawa petaka berkepanjangan untuk gadis kecil ini. Trauma sepanjang hidupnya. Buram masa depannya.
Hancur,- luluh berkeping-keping, keceriaan yang seyogyanya dimiliki seorang anak untuk tumbuh dan berkembang bersama keluarganya.
Keprihatinan yang sangat dalam terhadap anak-anak korban pelecehan dan kekerasan seksual, ijinkanlah saya mengekspresikan dalam sebuah puisi agar semua kita dapat terpanggil untuk bersama-sama menghentikan KEKERASAN TERHADAP ANAK.
GADIS KECIL YANG MALANG
Di sudut ruang gadis kecil menyendiri
Tatapannya nanar,-hampa dan tak berarti
Keceriaan sirna ditelan predator tak bernurani
Luka hati membekas sampai mati