Lihat ke Halaman Asli

Dua Berita yang Kontradiktif di Hari Ini

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13269051531762238080

Hari ini di hari yang sama yaitu Rabu tanggal 18 Januari 2012 telah muncul di media-media adanya 2 berita yang cukup kontradiktif, yang nampaknya menunjukkan potret sesungguhnya dari Republik ini yang memang sering kontradiktif. Berita tentang Makro Ekonomi Indonesia. Sudah sering kita membaca atau mendengar tentang statement Pak Beye yang membanggakan performa pemerintahannya dalam aspek makro ekonomi. Dari sekian banyak hal yang dibanggakan Pak Beye, inilah salah satunya. Lembaga rating internasional, Moody telah menaikan peringkat utang Indonesia. Seperti dikutip dari situs Wall Street Journal, Indonesia naik status dari Ba1 menjadi Baa3 dengan ‘outlook’ stabil. Kenaikan peringkat ini satu tingkat di bawah Investment Grade atau layak investasi. Pak Beye pun menyambut baik perubahan rating ini. Juru bicara kepresidenan, Julian Aldrin Pasha mengatakan dalam sidang cabinet paripurna, presiden mempersilakan Gubernur Bank Indonesia mengumumkan kepada peserta sidang bahwa Moody telah menaikkan Indonesia's debt rating menjadi “Investment Grade”. "Penilaian Moody dan Fitch sebelumnya jelas membuktikan bahwa negara ini dijalankan bukan autopilots," kata Julian, Rabu (18/1). Tentu berita ini merangsang, khususnya bagi anggota KIB-2 Jilid 2 tersebut, dan juga tentunya bagi mereka-mereka yang berkesempatan untuk ikut bermain dalam urusan “Hutang Negara”, maupun mereka para pemilik modal besar yang ingin membawa uangnya masuk ke RI. Namun, di sisi lain ada berita tentang kemanusiaan berikut ini. Berita tentang Gizi Balita Indonesia. Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan saat ini Indonesia berada di “peringkat kelima negara dengan kekurangan gizi sedunia”. ”Peringkat kelima karena jumlah penduduk Indonesia juga di urutan empat terbesar dunia,” kata Endang dalam konferensi pers setelah membuka seminar nasional di Balai Kartini Jakarta, Rabu, 18 Januari 2012. Menkes menyebutkan jumlah balita yang kekurangan gizi di Indonesia saat ini sekitar 900 ribu jiwa. Jumlah tersebut merupakan 4,5 persen dari jumlah balita Indonesia, yakni 23 juta jiwa. Daerah yang kekurangan gizi tersebar di seluruh Indonesia, tidak hanya daerah bagian Timur Indonesia. Berita yang satu ini tentu memiriskan hati. Terhadap berita yang ini belum diketahui apa kesan dan tanggapan Pak Beye. Saya jadi pusing, bagaimana mungkin kok bisa tidak ada hubungannya ? Sebagai orang yang awam dalam ilmu ekonomi kok rasanya saya nggak habis pikir. Bagaimana ya sebagai negara yang performa makro ekonominya dibilang bagus, berbagai lembaga dan negara asing mengakui, devisa meningkat terus, mata uangnya stabil, dan layak untuk berhutang, lha kok lantas sebagian Anak Balitanya kurang gizi. Apa memang antara makro ekonomi dan kesejahteraan rakyat tidak ada hubungannya? Kalau memang begitu terus buat apa performa makro ekonomi bagi kehidupan rakyat? Saya rasanya kok ingin mencoba melakukan scale down (mengecilkan skala). Ibarat negara ini suatu rumah tangga, si kepala rumah tangga sukses dalam bisnisnya, tabungannya banyak, bank dan tetangga nawari hutang, tapi kok anaknya nggak bisa sekolah, cari kerja sulit dan kurang gizi. Pasti ada yang nggak beres di rumah tangga tersebut. Kira-kira apa ya pemikiran Pak Beye tentang kedua berita tersebut? -    Apakah Pak Beye lebih antusias dan lebih menaruh perhatian pada ranking yang dibuat oleh Moody (yang tentunya ini lebih seksi), dan menyerahkan begitu saja urusan kurang gizi tersebut pada Menko Kesra dan Menkes? -    Apakah Pak Beye lebih terketuk hatinya pada nasib Balita yang kurang gizi, mengingat Balita tersebut adalah juga masa depan negeri ini? Tanpa maksud berprasangka buruk pada Pak Beye yang tentunya sudah cukup lelah bekerja keras (sampai kelopak matanya terlihat membengkak) dan memikirkan negeri ini dengan sungguh-sungguh, nampaknya Pak Beye tetap sulit menghindar dari pihak-pihak yang akan menggoda dan membisiki beliau dengan hal-hal seperti berikut ini: -    Pak Beye tidak perlu risau dengan issue “Autopilot”, dan tidak perlu merubah gaya manajemennya karena Peringkat Moody tersebut adalah bukti bahwa negeri ini dikelola dengan baik. -    Pak Beye selayaknya mencari “hutang baru” untuk proyek baru, mumpung peringkat hutang negeri ini sedang membaik. -    Pak Beye tidak perlu risau dengan issue “Korupsi”, karena pihak asing percaya bahwa Pak Beye mampu mengelola negeri ini. Kalaupun Pak Beye sampai tergoda dan tergiur dengan bisikan-bisikan tersebut, rasanya dari forum ini ada baiknya saya ikut-ikutan membisiki Pak Beye sebagai berikut: “Pak Beye, Bapak perlu ingat sejarah Pak Harto. Waktu itu jauh sebelum 1997/1998 World Bank memuji Pemerintahan Pak Harto setinggi langit, khususnya dalam performa ekonomi RI. World Bank bahkan mendorong RI agar terus menambah hutang. Apa yang terjadi setelah ekonomi RI collaps di tahun 1997/1998? Negeri ini praktis sudah bangkrut dan IMF telah mendikte RI sedemikian rupa seolah-olah RI ini negeri pesakitan”. Saya yakin bahwa berita tentang kurang gizi Anak Balita itu adalah peringatan dari Allah SWT bahwa berita bagus tidak selalu berujung baik. Semoga nurani masih ada. Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline