Halo semuanya perkenalakan nama saya Anti Nurwahyuni dari fakultas D3 Manajemen Perusahaan yang berasal dari Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Disini saya akan memberitahu pengalaman saya tentang kegiatan Kemerdekaan, Seni dan Kebangsaan yang saya ikuti pada tanggal 7 Agustus 2023 yang di selenggarakan di kampus UNPAR, yaitu Seminar Kebangsaan : IKN. Seminar ini ditujukan untuk pemuda nasionalisme yang dinamis tumbuh baik regional dan nasional untuk mewujudkan Indonesia generasi emas 2045.
Di tanggal 7 Agustus 2023 saya mendapatkan pengalaman yang sangat membanggakan sekali karena saya dapat mengikuti Seminar Kebangsaan bersama IKN dan bertemu dengan orang-orang penting yang sangat hebat dan berjasa kepada negara Indonesia kita ini. Yang pertama ada narasumber dari kegiatan tersebut yaitu seorang Perancang Istana Negara Ibu Kota Negara (IKN),yaitu Bapak I Nyoman Nuarta terkenal dengan berbagai karya seni rupa ikonik yang tersebar di mana-mana dan ada 3 orang Penanggap yaitu Prof.Dr. I. Bambang Sugiharto, Prof.Dr. Purnama Salura, dan Ibu Nurul Arifin, yang di moderatori oleh Bapak Andreas Doweng Bolo.
Di awal acara semua peserta di persilahkan berdiri untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya dan membacakan ke 5 nilai dasar Pancasila secara bersama -- sama. Dan setelah itu sharing dari para narasumber dan penanggap pun dilakukan dan semua peserta di perlihatkan cuplikan video tentang rancangan Istana ke Presidenan yang telah di buat oleh para arsitektur untuk calon presiden di tahun 2024 mendatang karena ibu kota akan di pindahkan ke dua kabupaten di Kalimantan Timur yaitu Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara, serta di berikan penjelasan dari mulai setiap lokasi tempat, ruangan beserta fungsinya.
Seperti yang kita ketahui Garuda digunakan sebagai identitas bangsa dan lambang negara Indonesia. Memakai Garuda karena konon mempunyai lebih dari 1300 suku bangsa setidaknya 300 kelompok etnik, istana ini harus mempunyai persatuan bukan kecemburuan oleh karena itu akan di kenal oleh masyarakat Indonesia, karena keberagaman merupakan kekuatan Negara Indonesia dari mulai kekayaan suku, bangsa dan budaya Indonesia tidak terbantahkan.
"MONARIS" atau Monumen dan Arsitektur merupakan julukan baru yang di berikan oleh Prof.Dr. Purnama Salura kepada Bapak I Nyoman Nuarta, yang dimana "MONARIS" sendiri memiliki 2 makna yaitu Monumen atau Mnemosynon (to remind, to advise, to warm) yang berarti struktur yang dibentuk untuk memperingati seseorang atau peristiwa tertentu ada karena didominasi "KEINGINAN" untuk menyimbolkan sesuatu sesuai dengan keinginan perancang. Sedangkan Arsitektur atau Arkhitekton (pertaining to building) yang berarti wadah yang dibuat agar manusia dapat beraktifitas dengan nyaman, aman, sehat ada karena "KEBUTUHAN" akan wadah untuk aktifitas sesuai dengan tempat & pengguna.
Dari ke 2 makna tersebut dapat dsimpulkan bahwa monumen dan arsitektur merupakan struktur yang di dalamnya dibuat wadah untuk aktivitas, ada kausa finalis karena didominasikan keinginan menyimbolkan sesuatu yang didalamnya mengakomodasi kegiatan, karena sebaik -- baiknya Monumen-Arsitektur-MONARIS ialah yang membawa manfaat positif baru untuk manusia & lingkungan alam. Presiden Soekarno pernah berkata bahwa "Monumen & Arsitektur sebagai penumbuh rasa kebangsaan". Salah satu contoh dari "MONARIS" ini adalah Masjid Istiqlal dan Monas.
Yang saya dapatkan dari seminar tersebut adalah menjadi seorang Arsitektur ada beberapa nilai intrinsik yang harus di ketahui tidak harus di setir oleh orang lain tetapi yakinlah kepada diri sendiri, seorang seniman harus berani memberanikan dirinya dari orang yang mempunyai kuasa.
Seni Rupa semakin berkembang dan seniman dulu sering diremehkan dan takut untuk mempublikasikan karena dianggap tidak pantas oleh banyak orang, menjadi seorang arsitektur bebas dalam berkarya dan bebas dalam membuat sketsa, karya ini wajah dan budaya indonesia terdapat kajian sosial budaya dan memiliki berfikir yang ideologis undang -- undang yang sangat demokratif kepindahan ibu kota ke kalimantan dapat terealisasikan dan membuat undang undang untuk pembangunan ini merupakan keputusan bersama dan tidak ilegal, seni itu dinikmati dan seni itu mahal dan berhubungan dengan rasa kita memiliki rasa yang besar dan itu dibuat tidak gampang dan tidak gratis dalam memiliki rasa dalam seni.
Pada detik -- detik hampir dekat dengan akhir acara di adakan sesi Q&A kepada para peserta yang hadir di persilahkan untuk memberikan pertanyaan kepada narasumber.
Demikian pengalaman yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang saya paparkan di atas memberikan sedikit wawasan dan ilmu pengetahuan kepada teman-teman yang membaca artikel ini dan semoga bermanfaat. Mohon maaf jika ada kesalahan kata dalam penulisan dan ketidak bakuan dalam bahasa, Terimakasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H