Lihat ke Halaman Asli

SRI ANTINI

Mahasiswi Fak. Ekonomi, Universitas Pamulang

Sulung

Diperbarui: 28 Juli 2021   19:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

itwperformancepolymers.com

Tangisan anak perempuan pertama
Ia menyimpan banyak beban
Namun tak mudah diutarakan
Ia menyimpan banyak kepedihan
Namun seringkali ia memilih diam
Tertawa lepas sekeras mungkin untuk menghibur diri
Mengokohkan bahu dan pundaknya dihadapan orang lain
Yang ia sadari....
Mengeluh baginya adalah kelemahan
Tak berguna dan masalahnya tak terselesaikan
Maka dalam sendirinya,
Ia menangis  dalam kegelapan
Dihadapan yang kuasa ia utarakan seluruh kepedihan
Dalam sendirinya ia mencari solusi
Ia tak akan bergantung pada siapapun
Maka, ia berjuang memecahkan masalahnya sendiri
Wajah yang penuh ketenangan
Tak akan mudah menampakan lukanya yang begitu dalam
Namun memanglah ia anak pertama,
Tak akan mudah menyerah begitu saja
Beberapa kalipun ia terjatuh
Ia akan berjuang keras untuk segera bangun dan berdiri
Ia tau ada banyak yang mengharapkan
Maka dari itu,
Tak akan mudah dirinya mengecewakan
Tanggung jawab baginya adalah sebuah kewajiban
Maka sekalipun batinnya terluka dalam
Tangisnya menyayat penuh derita
Ia akan tetap tersenyum
Setegar mungkin dihadapan orang lain
Dan berjuang untuk tak mengecewakan siapapun
Bukan begitu wahai engkau anak pertama perempuan??




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline