Lihat ke Halaman Asli

Mudik Lebaran dari Negeri Tetangga Akankah Menegangkan?

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Wah, tak terasa kita sudah mau memasuki 10 hari terakhir Ramadhan. Itu artinya tradisi mudik atau pulang kampung, yang sepertinya hanya rutin dilakukan oleh warga Indonesia, akan mulai terjadi. Mudik tidak dibatasi oleh wilayah yaitu warga Indonesia yang tinggal baik di dalam maupun luar negeri akan pulang ke kampung halamannya masing-masing. Arus mudik akan mulai meningkat dari hari ke hari hingga menjelang Hari Raya Idul Fitri. Diprediksi juga arus puncak mudik akan jatuh pada H-3 atau H-2 seperti tahun-tahun sebelumnya. Bisa dipantau melalui link ini http://www.rttmc-hubdat.web.id/rttmcnew/ atau http://ramadhan.kompas.com/

Dunia maya pun tak mau kalah meramaikan suasana mudik kali ini. Bisa dilihat diberbagai situs jejaring sosial seperti twitter, facebook, plurk, dll yang dimiliki oleh warga Indonesia baik tua ataupun muda. Mereka berlomba-lomba memasang status yang mendeskripsikan kegembiraan mereka yang begitu menanti-nanti kepulangan ke kampung halaman untuk merayakan hari kemenangan bersama sanak saudara tercinta.

Sama halnya dengan warga Indonesia di dalam negeri, kami yang tinggal di luar negeri pun tidak luput dari atmosfer mudik lebaran. Dari jauh hari telah memesan tiket, merencanakan dengan matang demi berlebaran di tanah air tercinta. Harga tiket melambung tinggi tak menjadi masalah asalkan tetap bisa mudik. Akan tetapi tampaknya suasana mudik lebaran akan terasa sedikit berbeda bagi warga Indonesia yang ingin pulang ke tanah air dari negeri tetangga, Malaysia.

Belakangan ini dikarenakan kesibukan kampus yang cukup padat, saya tidak terlalu mengikuti perkembangan berita antara tanah air dan negeri tetangganya yang beberapa saat lalu sempat menegang. Nah, menjelang masa libur lebaran ini mau tidak mau mengharuskan saya memantau situasi terkini dan terbaru mengenai dua negara ini. Hal ini saya lakukan demi keselamatan dan kenyamanan saat mudik lebaran nanti. Begitu terkejutnya saya akan pemberitaan di berbagai media yang memberitakan mengenai ketegangan yang sedang terjadi antara negeri tercinta dan tetangganya.

Kondisi Indonesia-Malaysia saat ini cukup miris, membuat saya mengelus dada dan menginstruksikan diri agar lebih banyak bersabar. Sebetulnya masalah-masalah yang timbul itu bisa diselesaikan dengan baik kalau saja tiap-tiap pihak mau sama-sama menyelesaikannya dengan kepala dingin tidak dengan amarah yang meletup-letup. Saya dan teman-teman pelajar maupun pekerja di negeri seberang ini sedikit merasa was-was menanti waktu mudik kami ke tanah air. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa situasi hubungan Indonesia-Malaysia sedang hangat-hangatnya. Bisa dilihat dari berbagai pemberitaan di media, baik yang sesuai dengan fakta maupun yang sengaja dilebih-lebihkan.

Begitu banyak pertanyaan melintas di benak saya mengenai ketegangan yang terjadi. Mempertanyakan kenapa semua ini bisa terjadi? Terlebih lagi kenapa semakin memanas di bulan suci Ramadhan ini yang seharusnya bisa dijadikan ajang memaafkan satu sama lain. Tidakkah kita mengetahui bahwa dalam Al-Qur'an Alloh Swt. berfirman :

Wahai manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS Al Hujurat :13)


Tidakkah pernah kita berpikir kalau ketegangan yang terjadinya ini bisa membahayakan saudara-saudara kita, warga Indonesia yang berada di Malaysia? Warga Indonesia di tanah air boleh saja mencaci maki dengan puas terhadap negeri jiran itu ataupun melakukan aksi di depan kedutaannya. Akan tetapi, tidakkah kalian ketahui dampak ke depannya terhadap kami yang berada di dalam negeri tetangga ini? Kami begitu was-was setiap harinya takut akan reaksi balik dari rakyat Malaysia yang ternyata merasa sakit hati akan sikap kita terhadap mereka karena kami hanyalah kaum minoritas di sini. Dan bila terjadi sesuatu pada salah satu dari kami terlebih-lebih para tenaga kerja Indonesia, akan sangat sulit untuk mendapatkan keadilan demi memperjuangakan hak asasi manusia kami. Pemerintah pun terkesan lambat menangani kasus-kasus yang ada walaupun tidak bisa disalahkan sepenuhnya.

Sepertinya kebebasan berpendapat yang diberikan oleh pemerintah Indonesia bisa jadi salah satu pemicu aksi-aksi demonstrasi yang marak terjadi. Biarkanlah pemerintah dan pihak-pihak terkait yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah yang ada. Kita sebagai warga yang terkadang tidak terlalu tahu akan detail duduk permasalahan tidak perlu ikut campur. Terkadang hal itu hanya akan memperkeruh suasana dan membuat masalah semakin besar.

Jujur kata, siapa yang tidak akan meronta saat harga dirinya diinjak-injak? Namun, kita kembalikan lagi posisi kita untuk memperjuangkan harga diri itu. Kita harus melakukannya dengan cara yang sesuai dimana kita berada. Bukankah ada pepatah yang mengatakan "Dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung." Hal itulah yang harus kita ingat dengan baik. Kami warga Indonesia di Malaysia ini tidak bisa berbuat banyak saat situasi kedua negara memanas. Oleh karena itu masyarakat di dalam negeri pun harus mengerti keadaan ini sehingga tidak bertindak keliru yang hanya akan semakin memicu ke arah pertikaian.

Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus. " (QS Al Baqarah : 213)

Sesungguhnya segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini selalu ada hikmahnya. Begitu juga hikmah dari ketegangan yang saat ini terjadi antara Indonesia-Malaysia. Jangan biarkan ketegangan ini memicu perpecahan warga negara kedua belah pihak. Juga jangan membuat perselisihan pendapat tiap-tiap individu. Ingatlah bahwa begitu banyak warga Indonesia di Malaysia yang setiap harinya khawatir akan keamanan keberadaan mereka di negeri tetangga ini. Jangan biarkan mudik kami terganggu kenyamanannya akibat dari konflik yang terjadi. Sebagian dari kami hanyalah orang awam yang tidak tahu apa-apa akan masalah pemerintahan yang sedang terjadi. Bukannya kami tidak mau tahu melainkan hanya menyerahkannya kepada pihak yang berwenang untuk menanganinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline