Lihat ke Halaman Asli

Kereta Api Sarana Diplomasi

Diperbarui: 27 Februari 2019   21:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Kim Jong Un Beserta Kereta Api Pribadinya Sumber: siakapkelisa.blogspot.com Gambar Kim Jong Un Beserta Kereta Api Pribadinya Sumber: siakapkelisa.blogspot.com

Dua puluh tiga, Februari 2019. Petinggi Korea Utara Kim Jong Un meninggalkan Pyongyang, Korea Utara, menggunakan kereta api. Tujuan Kim Jong Un, akan menghadiri pertemuan tingkat tinggi dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. 

Berbeda dengan petinggi negara pada umumnya, yang menggunakan pesawat terbang sebagai sarana mobilitas, karena dianggap lebih efesien. Terbukti, perjalanan Kim Jong Un memerlukan waktu 60 jam dari Pyongyang menuju Hanoi, waktu yang lumayan lama dan tidak efesien bagi para petinggi negara pada umumnya, namun Kim Jong Un tidak keberatan untuk hal itu.

Menurut sejarah kakek dan ayah Kim Jong Un, juga sering melakukan mobilitas menggunakan kereta api, hal ini lantaran Kim Jong II ayah Kim Jong Un, fobia terhadap pesawat terbang. Sehingga hal tersebut membuatnya membatasi perjalanan ke luar negeri, yang hanya melakukan perjalanan di Cina dan Rusia saja.

Meskipun, terkesan tidak efesien Kim Jong Un tetap dapat beraktifitas pada umumnya, saat berada di kereta api, lantaran kereta api pribadi milik petinggi Korea Utara ini dilengkapi dengan telepon satelit sehingga, Kim Jong Un dapat mengikuti perkembangan dan memberikan perintah, diatas ular berbadan baja tersebut. Baca (Kereta Kim Jong-un: Antipeluru, Satu Gerbong Berisi Mobil Mewah

Pada beberapa situasi kereta api menjadi sarana yang efektif, untuk menjalin diplomasi suatu negara. Sehingga terwujud kerjasama bilateral suatu negara serta perbaikan hubungan yang renggang suatu negara. 

Sebagai contoh kerja sama yang dilakukan oleh Korea Utara dengan Korea Selatan. Kedua negara tersebut mengadakan kerja sama dengan menghidupkan kembali jalur kereta api, yang berguna untuk melayani kedua negara tersebut. Dibalik kerja sama tersebut terdapat sinyal rekonsialisasi antar kedua negara tersebut.

The Belt and Road Initiative

Bukan hanya Korea Utara dan Korea Selatan saja yang menerapkan cara berdiplomasi ini, dalam membangun kerjasama bilateral. Terdapat juga Cina yang akhir-akhir ini tengah getol dalam melakukan diplomasi ini,  dengan melakukan pembiayaan besar-besaran terhadap pembangunan infrastuktur bagi sejumlah negara di Asia dan Eropa.

Usaha Cina ini dinamai dengan The Belt and Road Initiative. Dilansir dalam kompasiana.com The Belt and Road Initiative, merupakan suatu inisiatif bentuk kerjasama yang dilakukan oleh Presiden Xi Jinping. Kerjasamanya berupa menghidupkan sabuk perekonomian dan jalur sutra yang menghubungkan Cina dengan negara-negara di dunia. Baca  Menerawang Apa Itu "Belt and Road"

Berkembangnya krisis perekonomian, munculnya proteksionisme mengkhwatirkan negara berkembang seperti negeri ini. Alhasil Indonesia juga melakukan kerja sama ini agar perekonomian Indonesia tetap berkembang di kancah internasional. Memang ada benarnya jika Indonesia menjalin kerja sama dengan Cina, hal ini lantaran saat ini Cina menjadi kekuatan ekonomi terbsar di dunia yang menggeser Amerika Serikat. Data ini Dikutip dari penelitian yang dilakukan Muhammad Yamin dan Shellia Windyamadaksa tentang Pembangunan Kereta Cepat Jakarta- Bandung Sebagai Mercusuar Hubungan Indonesia- Tingkong

Diplomasi ini telah berjalan lebih dari tiga tahun yang dimulai pada 2013, hasinya diluar ekspetasi dikutip dari kompasiana.com lebih dari 100 negara dan organisasi internasional telah merespons dan mendukung dengan positif, sementara lebih dari 50 negara telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Cina. Baca (Menerawang Apa Itu "Belt and Road"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline