Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) IPB University Desa Bunga Mekar, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali telah melaksanakan kegiatan sosialisasi terkait 'Faktor yang Mempengaruhi Kegagalan Kawin Suntik pada Sapi Bali' di Dusun Penangkidan pada hari Selasa, 12 Juli 2022.
Inseminasi Buatan (IB)/Kawin Suntik adalah suatu teknik untuk memasukkan sperma atau semen yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut 'insemination gun', jadi bukan secara alami. Sebagian besar peternak memanfaatkan cara ini untuk menunjang keberhasilan dalam beternak terutama ternak sapi. Tujuan dari kawin suntik adalah untuk memperbaiki mutu genetika ternak, mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul, meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur, serta menghindari penularan penyakit kelamin pada sapi.
Para peternak biasanya lebih memilih menggunakan teknik kawin suntik daripada mengawinkan secara alami, karena dapat menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan dan menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar.
Kegiatan sosialisasi ini merupakan salah satu program kerja yang telah disusun berdasarkan hasil survey dan diskusi dengan beberapa kepala dusun di Desa Bunga Mekar terkait permasalahan yang dihadapi saat ini.
"Akhir-akhir ini, para peternak kami mengeluhkan kegagalan dalam kawin suntik. Tidak tanggung-tanggung bahkan satu ekor sapi bisa sampai 1 hingga 5 kali melakukan kawin suntik tapi masih belum berhasil" Jelas pak Komang Astawa, Kepala Dusun Penangkidan (25/6).
Sosialisasi ini perlu dilakukan mengingat pada tahun 2016 pemerintah melalui Menteri Pertanian telah menetapkan Pulau Nusa Penida sebagai wilayah sumber bibit sapi bali yang tertuang dalam Keputusan Menteri Pertanian Nomor 348 Tahun 2016, sehingga segala permasalahan yang menyangkut hal tersebut harus segera dicarikan solusinya.
Sosialisasi dilakukan di Balai Banjar dusun Penangkidan dan dihadiri oleh 15 peternak yang ada di dusun tersebut. Sosialisasi mengenai 'Faktor-faktor yang Menyebabkan Kegagalan Kawin Suntik pada Sapi Bali' dipandu oleh Yusuf Baharuddin (Mahasiswa Kedokteran Hewan) dan Desky Novytasary (Mahasiswa Peternakan).
Berdasarkan hasil tanya jawab yang dilakukan ketika sosialisasi, didapatkan dua permasalahan utama mengapa kawin suntik yang dilakukan terus mengalami kegagalan. Pertama adalah faktor pakan dan faktor waktu pelaporan deteksi birahi.
Pakan yang diberikan sangat mempengaruhi keberhasilan kawin suntik. Alangkah baiknya sapi tidak hanya diberikan makanan berupa hijauan saja tapi perlu penambahan konsentrat dan protein lainnya. Ternak yang kekurangan protein menyebabkan timbulnya birahi yang lemah.
Faktor yang paling penting lainnya adalah mendeteksi birahi. Pada waktu kawian suntik ternak harus dalam keadaan birahi, karena pada saat itu liang leher rahim (servix) pada posisi yang terbuka sehingga peluang terjadinya kebuntingan semakin besar. Oleh karena itu peternak diharapkan dapat memonitor kejadian birahi dengan baik dengan cara mencatat siklus birahi semua sapi betinanya (dara dan dewasa). Pengamatan birahi harus dilakukan minimal dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari, sehingga paling tidak dapat terdeteksi permulaan birahi dan masih terlihat akhir berahinya.
Harapannya ilmu yang didapatkan selama di perkuliahan dapat diterapkan untuk membantu masyarakat Desa Bunga Mekar, khususnya Dusun Penangkidan dalam beternak sapi bali.