Lihat ke Halaman Asli

Anthony Tjio

TERVERIFIKASI

Retired physician

Asal Usul Kata Lebaran dari Takbir Allahu Akbar

Diperbarui: 26 April 2021   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Selepas menunaikan kewajiban rukun Islam ibadah saum di bulan Ramadhan, kaum Muslim sedunia berbahagia merayakan Eid ul-Fitr pada hari pertama bulan Shawwal.

Islam merupakan agama yang terbesar di dunia, ada perbedaan dalam penyebutan hari raya Idulfitri tersebut oleh Muslim yang sudah menyebar di segala pelosok.

Di Tiongkok pada sensus 2010 lalu, diperkirakan ada 106 juta Muslim, mereka menyebut Idulfitri sebagai Perayaan Kadir, seperti halnya di India, Bangladesh, dan beberapa negara di Afrika, Laylat al-Qadr. Perayaan malam kemuliaan dari seribu malam pada tahun 624 AD, yang terpilih menurunkan Al-Qur'an kepada Rasulullah SAW.

Di Turki sebagaimana juga kaum Uyghur yang terpengaruh, menyebutnya Ramazan Bayrami, Perayaan Ramadhan, juga disebut Seker Bayrami, perayaan manisan gula.

Di Malaysia, negara tetangga kita yang sebahasa Melayu, menyebut Eid adalah Hari Raya Puasa.

Di Saudi dan bumi Arab pada umumnya, menyebut hari raya tersebut Eid al-Fitr atau Eid ul-Fitr.

Meskipun sumbernya Islam dari Arab, yang unik hanya di Indonesia saja untuk menyebutkan Hari Raya Idulfitri dengan kata "Lebaran".

Dari sumber kata apakah Idulfitri menjadi Lebaran di Indonesia. Banyak penafsirannya, yang mudah ditemukannya di Google search.

Yang sudah menjadi dogma, atau yang diterima sekarang, adalah dari penjelasan  MA Salmun, yang pada tahun 1954 diterbitkan di majalah "Sunda".

Menurut beliau, kata Lebaran yang kerap digunakan di Betawi, berasalkan ajaran para Wali Songo yang menyebarkan agama Islam kepada Hindu daerah Jawa, untuk menyerukan kata "wis bar" dalam kegembiraan selesainya menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Kata "bar" merupakan bentuk kesingkatan dari kata Jawa maupun Sunda "lebar", yang berarti rampung ataupun lega.

Yang bisa diperbincangkan disini, bahwa Idulfitri adalah salah satu dari dua Eid yang merupakan perayaan besar kaum Muslim, para Wali tidak mungkin mengajarkan kepada pengikutnya, walaupun Idulfitri sebagai Eid kecil, begitu saja dengan penamaannya yang sesederhana "wis bar", yang tiada makna kebesarannya, tanpa ada perasaan keakbaran Hari Raya tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline