Kue Ku itu jajan ketan berbentuk kura-kura yang biasanya berwarna merah merona khas Tionghoa, mengapa juga bisa dijadikan pelambang panjang umur, ini ceritanya.
Sebagai keturunan orang Tanglang, kami dibesarkan dalam tradisi yang diturunkan oleh eyang yang datang dari Hokkian ratusan tahun lalu.
Sewaktu masih kecil, selalu harus mengikuti orang tua dalam upacara keluarga yang berkumpul pada setiap perayaan hari besar maupun bila melayat kematian. Sekarang semua orang tua yang kental dalam tradisi leluhur sudah tidak ada, maka mulai mengencerlah ingatan pada kebanyakan budaya Tionghoa yang pernah ada itu, kecuali kesenangan pada peninggalan makanan dan jajan dari mereka yang bersangkutan dalam semua tradisi tadi yang masih tidak berubah sampai sekarang.
Dalam ingatan yang masih jelas, sewaktu kecil pernah mengikuti orang tua untuk membeli kue buat perayaan Imlek, bukan kue jajan pasar tetapi yang khas Imlek, dan untuk ini harus pergi ke satu bibi Hokkian encim tua yang tinggal didalam satu gang di Pecinan Surabaya. Katanya tidak banyak orang yang bisa membikin kue itu, maka harus pesan dari encim tua itu.
Dari sekian banyak persediaan sesajian dalam upacara sembayangan Hari Raya Imlek, ternyata semacam kue yang dipesan dari encim didalam gang itu yang dijadikan hidangan center piece, yang tidak boleh tidak ada. Kue itu berwarna merah yang dibentuk berupa kura-kura dan namanya Kue Ku pelambang panjang umur.
Kue Ku memang namanya aneh dan bentuknya juga, yang disebut ku itu adalah kura-kura, dan manakah keistimewaan kue itu sehingga sangat dipentingkan dalam perayaan Imlek, juga dalam segala macam upacara seperti kelahiran, ulang tahun, pernikahan dan lainnya?
Artinya kue adalah jajan basah yang dibuat dari bahan beras ketan, dalam bahasa Tio-ciu “ke 棵” dan dalam bahasa Hokkian “ko 糕”. Ini merupakan jajan asal Pribumi bangsa Yue (Viet) yang sudah ribuan tahun berbudaya beras sebelum kedatangan Tionghoa dari Utara, mereka itu berada di Tiongkok bagian selatannya Yangtze River seperti di Hokkian, dan dari mereka itulah yang membawa makanan dan jajannya juga terus merantau melalui Pulau Taiwan, ke Filipina hingga menghuni Nusantara ribuan tahun ini.
Cara membuat Kue Ku ini dari ketan yang ditumbuk sampai kalis dan diberi warna merah, lalu dibentuk bola yang berisi lumpur kacang hijau, jadinya Kue Ku ini sebetulnya jajan onde-onde yang tidak digoreng. Onde-onde merah ini kemudian dimasukkan dalam cetakan kayu yang berukiran motip kura-kura, lalu diketokkan diatas meja, maka berjatuhanlah diatas meja kue kura-kura merah merekah yang sering juga disebut kue tok.
Asal usulnya kue ku itu dari tradisi sesajian kura-kura hidup dalam sembayang habis panen diperdesaan jaman dahulu kala. Pada suatu ketika, kebiasaan yang dilaksanakan pada malam bulan purnama dipertengahan musim Rontok (Tiong- Chiu) ini terdampak oleh kekurangan kura-kura hidup, maka orang mulai membuat kue kura-kura dari ketan untuk menggantikannya, inilah yang merupakan Tiong Chiu Pia semula di Tiongkok Selatan, sehingga membuat Tiong Chiu Pia dengan mengetokkan cetakan masih dipakai sampai sekarang.
Dijadikan pelambang panjang umur diwaktu Imlek itu dikarenakan kura-kura yang memang umurnya panjang, seumur dengan manusia yang bisa hidup didalam kedamaian sampai 80 hingga 100 tahun. Dengan menghidangkan sesajian kue yang berbentuk kura-kura merah (ang ku ko 紅龜糕) sewaktu bersembayang, Tionghoa berharapan juga bisa sama panjang umurnya.
Kue ku ini berwarna merah untuk menandakan keriangan dalam perayaan orang Tanglang Hokkian, tetapi juga ada yang berwarna hijau. Sekarang pewarnaan hijau itu semata-mata variasi rasa pandan di Indonesia, namun asalnya juga dari Hokkian yang mewarnai hijau itu dari zat hijau sayuran. Itu buat apa?