Ramai dan menarik. Barangkali itu kalimat yang tepat sebagai gambaran keseruan pemberitaan di media massa dan media sosial jelang kontestasi politik 2024 di negeri tercinta ini.
Memang Pemilu 2024 nanti akan seru, karena untuk pertama kali dilaksanakan secara serentak untuk memilih ribuan kandidat baik di ekskutif maupun legislatif, di pusat maupun daerah.
Selain memilih Presiden dan Wakil Presiden, jumlah Anggota DPR yang akan dipilih nanti 560 orang dari 77 Daerah Pemilihan. Untuk Anggota DPD, ada 136 yang dipilih dari 34 Propinsi. Anggota DPRD Propinsi yang nanti dipilih akan bervariasi sesuai dengan kondisi Propinsinya, yakni paling sedikit 35 orang, dan paling banyak 100 orang.
Sedangkan untuk Anggota DPRD Kabupaten/Kota, juga menyesuaikan dengan kondisi daerahnya, yakni paling sedikit 20 orang, dan paling banyak 50 orang.
Ditambah lagi ratusan Kepala Daerah di tingkat Propinsi, Kabupaten, Kota. Jelas ini akan jadi pekerjaan berat bukan hanya bagi penyelenggara pemilu dan peserta pemilu, tapi juga rakyat yang memiliki hak pilih. Apalagi di tahun 2024 nanti akan ada jutaan pemilih baru yang harus teredukasi dengan baik agar tak salah dalam menentukan pilihan.
Salah satu point krusial yang harus dipahami pemilih adalah perilaku calon pemimpinnya. Perilaku kepemimpinan mencakup keterampilan dan kompetensi, yakni fungsi dari kecerdasan, ciri-ciri kepribadian, kecerdasan emosional, nilai-nilai, sikap, minat, pengetahuan, dan pengalaman.
Salah satu cara untuk membedakan pemimpin adalah dengan melihat apa yang mereka lakukan sehari-hari. Beberapa pemimpin melakukan pekerjaan yang baik untuk membuat keputusan, memberikan arahan, membuat rencana, memberikan umpan balik secara teratur, mendapatkan pengikut yang menjadi sumber daya dibutuhkan untuk menjadi sukses, dan membangun tim yang kohesif.
Ada juga pemimpin mengalami kesulitan membuat keputusan, menetapkan tujuan yang tidak jelas atau tidak jelas, dan mengabaikan permintaan pengikut.
Mari kita lihat sejumlah langkah yang merupakan cermin perilaku sejumlah pemimpin ataupun tokoh dunia. Langkah Presiden Barack Obama dalam menyelamatkan jasa keuangan dan industri otomotif, meloloskan undang-undang perawatan kesehatan yang komprehensif, lebih ketat mengatur bank, dan menangani tumpahan minyak di Teluk Meksiko.
Lalu yang dilakukan Mark Zuckerberg, CEO Facebook, dan Eric Schmidt, CEO Google, untuk menjaga perusahaan mereka tetap menguntungkan.
Dan tak lupa dari dalam negeri, langkah Ignatius Jonan saat menjadi Dirut yang memimpin dan melakukan perubahan total di institusi dan sumber daya manusia PT. Kereta Api Indonesia. Dari contoh-contoh di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa keberanian untuk melakukan perubahan positif itu sangat penting dalam perilaku kepemimpinan.