Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Ngopi Tiga Kali

Diperbarui: 25 Oktober 2018   01:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tiba-tiba sedang asyiknya duduk sebuah kain sarung mengalung di leher, dengan tarikan yang kuat mencekik gue, membuat nafas hampir terhenti, gelas yang berisi air kopi pun jatuh dan pecah ke lantai,

"Teteh kopi hitamnya satu, yang biasa... kopi liong cap naga." bilang gue saat baru dateng ke warkop langganan deket rumah.

"Iya mal, tapi sebentar ya, nunggu tumis bumbu dulu, abis itu baru dimasak deh airnya." Jawab Teteh warkop.

"Siap teh, ditunggu kok pokoknya mah". Sambil duduk menghadap jalan, tangan nyomot gorengan yang masih hangat.

Sebelumnya perkenalin nama gue Kamal, orang Depok yang numpang lahir di Jakarta. Gue paling suka nongkrong di warkop, apalagi kalo gorengannya hangat (?) Not important lanjut ke cerpen aja. Pada saat itu, Mentari katulistiwa tersenyum merekah di Kota Depok air embun masih bersemayam di atas daun-daun segar nan hijau, suara burung-burung hilang entah kemana, jalanan yang masih basah karena hujan semalam melengkapi indahnya hari, waktu menunjukan jam delapan pagi, tapi gue udah di warung kopi kepanjangan dari Warkop, mumpung hari Minggu dan cuacapun terlihat cerah, sayang-sayangkan gak dimanfaatkan buat melihat dan bercengkrama dengan lingkungan sekitar, siapa tahu aja ketemu tetangga-tetangga yang ngopi juga di pagi hari serta anak-anak kost'an yang baru pindah ke lingkungan sini. Maklum lah gue tinggal di kota Depok, lebih tepatnya di Jalan Margonda (perbatasan Depok-Jakarta) selain terkenal dengan sebutan kota belimbing Depok juga salah satu kota yang disebut sebagai raja kost-kostan, soalnya wilayah yang merupakan bagian dari Provinsi Jawa barat ini di kelilingi berbagai kampus ternama, Seperti Universitas Indonesia (UI), Universitas Gunadharma, Bina Sarana Informatika (BSI) dan masih ada lagi kampus-kampus lainnya, belum lagi para pekerja mal-mal di Wilayah sini, pokoknya dari mahasiswa sampai pekerja sudah berbaur dengan warga setempat. Saat asik ngunyah gorengan, temen gue Alan lewat dengan motor Honda CB jadulnya, blarrr... blarrr... blarr... brem...brem. karena melihat gue di warkop, maka dia berhenti dan menstandarkan motornya langsung nyamperin gue.

"Woi mal, ngopi di warkop gak ngajak-ngajak lu" tegor Alan dengan muka sedikit kesel.

"Bukannya gak mau ngajak lan, tapi emang gak kepikiran buat ngajak elu haha" jawab gue dengan candaan.

"Yee... malah ketawa, lu gak tau Gue lagi galau, bete, pusing, gundah-gulana pokoknya macem-macemlah" sambil duduk disamping gue.

Alan itu temen gue sewaktu kecil, kecil banget deh sampe harus pakai Lup(kaca pembesar) melihat pertemanan gw sama dia saking kecilnya.

"Lu kenapa si, pagi-pagi udah kesel, jiplakan iler aja masih berbekas itu di pinggiran bibir" kembali gue tanggepin dengan bercanda.

"Ahh elu mah mal bisa aja, jadi gini mal gue tuh bingung, kenapa sampai saat ini gw masih jomblo, kenapa mal kenapa??" dengan suara agak meninggi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline