Lihat ke Halaman Asli

Biru Kampungku

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mata pagiku terbuka

Tak kuasa menahan rasa

Menikmati setiap aroma buana

Biru kampungku dipayungi jernih langit jiwa

Embun sejuk menyatu keringat manusia

Menetesi lembut kelopak kembang dahlia

Diiringi nyanyian burung di pohon mahoni

Mata pagiku terpesona

Biru kampungku ditingkahi selir awan putih

Menapak di rerumputan ilalang

Dan semak belukar yang bergoyang

Mata pagiku kerling

Menatap hewan-hewan kecil dalam habitus rantai makanan di sini

Belalang sentadu dan jangkrik genggong

Aneka kupu-kupu bersatu padu

***

Malam menyingkap siang

Mataku terpejam seiring jangkrik barsahutan,

Di pendar cahaya kunang-kunang bagai kembang api meriah

Penghujung malam itu, masih kurasakan biru kampungku

***

Dan mata pagiku di sini (lagi)

Terpana bersama mulut menganga

Tak ada lagi kicauan burung

Hening sahutan jangkrik

Ingin rasanya memejam mata

Karena biru kampungku menjadi terik

Bersama sayup deru mesin penghasil emisi

Berpacu menabuh gendang telinga

***

Aku tercekat, saat purnama menggantikan surya

Larut dalam pejam mata sejenak

Berharap esok bisa kudapatkan biru

Di kampungku

Lagi...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline