"Kau dimana, Nak?" Suara Mami terdengar khawatir di seberang telepon.
"Di rumah Titin, Mam..."
"Sudah setengah sebelas, lho. Pulang sekarang."
"Iya, Mam. Daaahhh.."
Tut...tut... (telepon terputus).
Beliau, selalu mengkhawatirkan aku. Enakan jadi anak cowok. Pulang subuhpun tidak mengapa.