Lihat ke Halaman Asli

Alvan Nugra Secario

Pelajar, Mahasiswa

Covid-19 dan Profesionalisme Para Pekerja

Diperbarui: 20 April 2020   22:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat ini situasi global sedang tidak baik-baik saja, wabah COVID-19 yang menjadi pandemi membuat masyarakat global ekstra khawatir karena virus ini juga mudah sekali menular baik ke orang yang sedang sakit maupun yang sehat.

Efek dari COVID-19 menyebabkan di beberapa negara menerapkan Lockdown, berbeda dengan Pemerintah Indonesia yang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah. Hal tersebut dimaksudkan supaya COVID-19 tidak menyebar luas. 

Ada yang aktifitasnya berkurang seperti misalnya bertamasya ke beberapa tempat baik diluar maupun dalam negeri, nongkrong atau berkumpul dengan rekan-rekan, wisata kuliner dan masih banyak yang lainnya, namun adapula aktivitas yang tetap berjalan salah satunya adalah mereka para pekerja. Para pekerja di sini terdiri dari pekerja kantoran maupun yang bekerja diluar kantor atau kerja lapangan. 

Beberapa perusahaan maupun instansi pemerintahan menerapkan untuk berkerja dari rumah atau disebutnya work from home (WFH), artinya semua aktifitas pekerjaan dilakukan dirumah masing-masing dan jika ingin melangsungkan rapat, saat ini dapat menggunakan aplikasi yang bisa melakukan video call dengan banyak pengguna.

Bagi orang-orang yang bekerja dilapangan, mereka harus menyiapkan beberapa alat perlindungan diri sebelum mereka bekerja, seperti menggunakan masker dan membawa hand sanitizer apabila tidak sempat untuk mencuci tangan. Hal-hal semacam diatas saat ini cukup solutif menurut penulis supaya dapat memutus rantai penyebaran wabah COVID-19. 

Bagi mereka para pekerja, bekerja adalah sebuah keharusan selain bertujuan mencari uang, mereka dituntut pula untuk profesional dalam pekerjaannya. Makna profesional disini adalah bagaimana sikap mereka para pekerja dalam melakukan pekerjaan mereka sebagai mana mestinya, meskipun metodenya yang bisa jadi berbeda karena adanya wabah COVID-19 ini seperti yang penulis jelaskan di atas.

Jikalau mereka tidak bekerja, penghasilan mereka bakal berkurang bahkan tidak menghasilkan sama sekali karena para pekerja tidak semuanya digaji tiap bulan, tapi ada juga yang penghasilannya harian.

Pada akhirnya mereka lebih mementingkan profesionalisme kerja mereka dibandingkan kesehatan mereka dalam bayang-bayang wabah ini, selain itu juga jika mereka tidak bekerja banyak tagihan-tagihan yang menanti seperti tagihan listrik, tagihan air maupun tagihan-tagihan lainnya.

Dari yang penulis amati banyak dari  pekerja yang mulai menunjukan emosi negatif seperti frustasi, gelisah ataupun stress terhadap wabah virus ini, karena mereka yang biasanya dapat beraktifitas keluar seperti berlibur di hari weekend, kini hanya terkurung dirumah atau keluar rumah hanya untuk tuntutan pekerjaan mereka.

Ditambah lagi mereka harus selalu menjaga kondisi tubuh mereka ditengah bayang-bayang COVID-19. Situasi dilema tersebut mau tidak mau harus dihadapi oleh mereka, yang menjadi kekhawatiran dari penulis adalah mereka yang tidak tahan akan situasi ini bisa melakukan tindakan berbahaya, seperti berbuat kriminal atau bahkan sampai bunuh diri. 

Penulis sangat mengapresiasi kepada para pekerja baik yang WFH maupun bekerja dilapangan, karena menurut penulis walau bagaimanapun juga terdapat pekerjaan yang punya efek yang bisa dirasakan oleh penulis maupun masyarakat lainnya seperti jasa pengiriman barang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline