Lihat ke Halaman Asli

Kisah Seorang Wanita Buruh Pabrik Tak Bernama

Diperbarui: 10 Juni 2016   18:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Munaroh adalah salah seorang buruh sebuah pabrik mainan tak bernama di kawasan industri Cadas, Tangerang. Di depan pabrik itu tidak ada identitas yang layaknya dimiliki oleh sebuah pabrik. Sejak awal Munaroh bekerja, pabrik itu memang tidak memiliki nama. Dia tidak pernah mempertanyakan nama pabriknya, baginya itu tidak penting. Bagi seorang Munaroh, setiap bulan bisa menerima gaji adalah hal yang penting.

Sudah 5 tahun Munaroh bekerja di pabrik mainan tersebut. Sudah 5 tahun Munaroh yang tamatan SMA bekerja sebagai pembuat boneka. Kenaikan jabatan sudah dirasakan oleh Munaroh. Dari seorang buruh harian lepas yang digaji setiap 2 minggu, sekarang Munaroh menjadi buruh tetap yang digaji setiap bulan. Dari seorang tenaga penjahit manual, sekarang Munaroh dibantu oleh mesin penjahit untuk membuat sebuah boneka.

Seiring jabatan yang berganti, gaji yang diterima Munarohpun mengalami kenaikan. Dahulu, Munaroh dibayar berdasarkan jumlah boneka yang bisa dibuat dalam 1 hari. Biasanya Munaroh hanya bisa membuat 3 boneka. Setiap boneka yang dihasilkan, Munaroh menerima bayaran sebesar Rp.10.000,00, jadi dalam 1 hari Munaroh bisa menghasilkan uang sebesar Rp.30.000,00. Akan tetapi, sekarang Munaroh bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp.75.000,00 per hari. Jumlah yang lumayan besar untuk seorang Munaroh. Akan tetapi jika dihitung, penghasilan per bulan Munaroh dengan 24 hari kerja adalah Rp.1.800.000. Sementara menurut Surat Keputusan Gubernur mengenai upah minimum kabupaten Tangerang sebesar Rp.3.021.650.

Di pabrik tempat Munaroh bekerja ada istilah cuti atau sakit, yang ada hanyalah ijin kerja. Jadi apabila sakit ringan, Munaroh lebih memilih bekerja. Hal ini dilakukan Munaroh karena gajinya akan dipotong sesuai jumlah hari ijin. Apalagi dari kantornya tidak ada fasilitas kesehatan seperti BPJS Kesehatan atau “Medical Claim”.  

Apa yang ada ya disyukuri Mbak. Cari pekerjaan sekarang susah.”Begitulah akhir dari percakapan dengan Munaroh.  Beberapa saat kemudian, Munaroh pamit karena ojek langganannya sudah datang untuk membawa Munaroh pulang pada keluarganya di rumah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline