Tahun 2024 adalah tahun politik, kita baru saja melakukan pemilihan secara serentak di seluruh Indonesia untuk memilih presiden dan wakil presiden, memilih anggota legislatif dan pemilihan Dewan Perwakilan Daerah (DPD dan bulan Novemper nanti kita memilih gubernur dan wakil gubernur, bupati, dan walikota.Selama proses Pemilu itu, di mana-mana ada baliho dengan wajah-wajah tampan dan ayu yang terpampang di sudut-sudut jalan, dan di tempat-tempat ramai serta strategis lainnya. Selain baliho, wajah-wajah tampan dan ayu itu juga terpasang di Koran dan Media Sosial. Pertanyaan bagi kita sekarang, apakah mereka adalah calon pemimpin yang pantas atau layak untuk memimpin bangsa dan daerah di mana kita berada ? Kalau kita jawab bahwa mereka pantas dan layak menjadi pemimpin kita, apa ukurannya ? Kata teman saya, kebetulan beliau adalah seorang guru PKN, beliau mengatakan begini, "sekarang ini bukan soal pantas atau tidak pantas, yang pasti semua warga negara Indonesia, berhak dan layak untuk dicalonkan sebagai pemimpin di daerah atau Nasional. Tapi tidak semua orang menjadi yang terpilih; dan biasa yang terpilih adalah mereka yang punya uang.
Memang soal uang sangat memainkan peran yang sangat besar dan menentukan bagi seseorang untuk mengajukan dirinya sebagai calon pemimpin baik di desa, di kabupaten, provinsi, pusat maupun untuk mendapatkan kursi di DPR/D. Hal paling kecil dalam membuat baliho, atau mencetak stiker semuanya itu butuh uang. Makanya bagi yang tidak punya uang, akan tidak mungkin ikut bertarung dalam pemilihan, terutama di tingkat kabupaten, provinsi apalagi di pusat.
Sebenarnya ada juga yang meragukan soal itu. Alasan yang mereka kemukakan, bahwa dalam pengalaman ada calon yang punya banyak uang, tetapi kenapa ia tidak terpilih ? Argumen seperti itu, tidak dapat menafikan bahwa calon yang terpilih adalah calon yang tidak punya duit , bisa saja yang bersangkutan tidak memiliki uang yang banyak, akan tetapi tidak mungkin ia tidak punya uang sama sekali. Sedikit uang tidak berarti tidak punya uang. Sedikit atau banyak uang yang dipakai dan dihabiskan dalam proses pemilihan merupakan suatu bukti bahwa uang sangat penting,meskipun uang bukan segala-galanya dan segala-galanya bukan uang.
Pertanyaannya, dapatkah para pemimpin yang sudah menghabiskan uang untuk memperoleh jabatan kepemimpinannya, akan berupaya mengembalikkannya ? Ataukah ia melihat medan kepemimpinan sebagai medan pengabdian tanpa memperhitungkan soal penggajian ?
Musa "Anak Firaun"
Musa dilahirkan di era kekuasaan raja Mesir FIRAUN, yang tidak menghendaki kehadiran seorang lelaki dari suku bangsanya, yang lagi berdiam di negeri asing sebagai budak. Ketika ibunya melahirkan dan diketahui bahwa bayi yang dilahirkan itu adalah seorang lelaki, maka kedua orang tuanya berupaya untuk menyembunyikannya kurang lebih 3 (tiga) bulan lamanya. Akan tetapi sampai kapan hal itu terus dilakukan ? Cepat atau lambat hal itu akan diketahui oleh orang-orang Mesir.
Akhirnya dengan terpaksa, mereka harus melepaskan anak kesayangan mereka, buah hati mereka yang sangat berharga. Cara melepaskan anak mereka adalah dengan menghanyutkannya di sungai Nil. Pada saat meletakan bayi di tepi sungai Nil, Miryam memantau dari jauh, sambil menanti-nanti, kira-kira apakah yang terjadi dengan bayi tersebut. Dalam penantian dengan hati yang was-was, tiba-tiba putri Firaun turun ke sungai untuk mandi. Dan terlihatlah oleh putri Firaun suatu peti yang ternyata berisi bayi.
Miryam datang menemui putri Firaun dan menawarkan jasa untuk mencari ibu dari bayi, yang akan diminta untuk menyusui sang bayi. Ada kesepakatan antara putri Firaun dengan orang tua bayi, bahwa mereka akan menyusui dan membesarkan anak yang didapatnya itu, dengan catatan putri Firaunlah yang membiayai atau menafkahi bayi tersebut,
Pada saat ia besar, mereka mengantarnya kepada putri Firaun, dan oleh sang putri dinamakan anak tersebut adalah Musa, sebab katanya: "Karena aku telah menarik dari air." Dan Musa pun hidup di istana Firaun sebagai anak dari Firaun. Dengan demikian Musa menjadi seorang Pangeran di istana FIRAUN.
Tentunya hidup sebagai seorang Pangeran dan tinggal di istana megah dan jaya, amatlah menyenangkan. Segala kebutuhan terpenuhi dan tersedia. Sudah dapat dipastikan bahwa Musa mendapat pendidikan yang terbaik,sebab ibu angkatnya sangat mengasihinya. Dan sebagai seorang anak raja, Musa mendapat perhatian yan serius terutama ia dilatih dengan segudang ilmu perang, guna menghadapi pelbagai kemungkinan yang timbul karena perselisihan dan terjadi perang.
Musa dan Yitro