Lihat ke Halaman Asli

Ansarullah Lawi

Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi Batam (ITEBA)

Cara Elegan Menghadapi Kritik: Belajar Tidak Mengambil Hati

Diperbarui: 28 April 2024   22:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita sering mendengar nasihat "jangan diambil hati" dalam berbagai situasi, baik ketika berhadapan dengan kritik di tempat kerja, kesalahpahaman dengan teman, atau bahkan saat menghadapi tekanan dari keluarga. Tapi, bagaimana sebenarnya kita bisa menerapkan saran tersebut dalam kehidupan nyata? Artikel ini akan membahas dua strategi utama untuk tidak mengambil segala sesuatu secara pribadi yang dapat membantu Anda menjaga keharmonisan hubungan dan ketenangan pikiran.

Di sebuah sore yang cerah, ketika kita berjalan di taman atau duduk santai di kafe favorit, sering kali pikiran kita terganggu oleh hal-hal kecil yang seharusnya tidak mengusik ketenangan kita. 

Apakah komentar sinis dari rekan kerja, sorotan mata yang tidak ramah dari seorang pengendara lain, atau bahkan sebuah pesan yang tidak kunjung dibalas. Kita semua pernah ada di situasi di mana, tanpa sadar, kita mengambil segalanya secara pribadi.

Frederik Imbo - Pendiri Imboorling, yang menyediakan pelatihan interaktif untuk mendorong pengembangan diri (Sumber: imboorling.be)

Frederik Imbo adalah seorang pakar dalam Neuro-Linguistic Programming (NLP) dan komunikasi. Ia mencari cara untuk tidak mengambil segala sesuatu secara pribadi, sehingga dia mendaftar untuk menjadi seorang wasit sepak bola.

Dalam peran sebagai wasit, ia sering kali menjadi sasaran kemarahan dan kekecewaan para penonton dan pemain. Namun, Frederik telah menemukan cara untuk mengatasi situasi tersebut yang tidak hanya membantunya dalam perannya sebagai wasit tetapi juga dalam kehidupan sehari-harinya.

Pengalaman Frederik mengajarkan bahwa sering kali apa yang kita anggap sebagai serangan pribadi sebenarnya bukan tentang kita sama sekali. 

Frederik mulai dengan strategi pertamanya: "Ini bukan tentang saya." Ketika mendengar cemoohan atau kritik, ia mulai melatih dirinya untuk tidak langsung bereaksi. Sebaliknya, ia mencoba memahami konteks di mana kata-kata atau tindakan tersebut diucapkan. 

Mungkin orang yang berkomentar itu sedang memiliki hari yang buruk, atau mungkin ada tekanan yang mereka hadapi yang tidak kita ketahui. Frederik mencari tahu apa motivasi di balik perbuatan atau kata-kata mereka sebelum membuat asumsi tentang maksudnya.

Di sisi lain, ketika strategi pertama tidak cukup, Frederik menggunakan strategi keduanya: "Ini adalah tentang saya." Kadang-kadang, kita perlu melihat lebih dalam dan menanyakan pada diri sendiri mengapa kita merasa tersinggung atau terluka. 

Frederik menyadari bahwa beberapa kata memang mengganggunya lebih dari yang lain dan ini sering kali berkaitan dengan ketidakamanan atau pengalaman masa lalunya yang belum terselesaikan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline