Kisah ini bermula saat kau membagikan sebuah kalimat di akunmu. Semua terlihat begitu mengarah padaku, yang justru membuatku keliru. Aku yang terlalu salah dalam memahami justru menelan semua ucapanmu, menyangka semua tertuju padaku. Hingga akhirnya semua terpatahkan.
Kali pertama aku berjuang dengan gigihnya menerjang semuanya tanpa sadar bahwa bukan aku yang dimaksud. Terlihat bodoh memang hahaahaa. Aku yang salah berjuang dan kamu yang tidak pernah menepis semua usahaku yang justru hampir menjerumuskanku. Mungkin tak terlintas kesalahan yang kau lakukan, seakan kau memberi jalan padaku untuk berjuang. Namun, apa nyatanya pada akhirnya kau menyuruhku untuk menyerah. Mematahkan ekpektasi, berhenti untuk melangkah tapi dikemudian hari kau merasa kehilangan? Mungkin.
Bagaimana bisa kau merasa kehilangan jika kau sendiri yang menyuruhku untuk berhenti. Rumit memang kisah ini, kau yang melarangku berjuang dan kau juga yang merasa kehilangan. Beruntung kau punya seorang yang masih setia denganmu. Dan kau bisa melewati semua ini dengan baik bahkan kau bisa menemukan pengganti.
Berbahagialah dengan jalan yang diberi Tuhan padamu, mungkin memang takdirnya kau harus menerima kebahagiaan ini dengan mudah dan aku harus kembali menata hati lagi. Selamat untukmu yang sudah mampu melangkah bahagia. Tak ada gunanya bagiku membencimu, yang perlu ku lakukan sekarang adalah fokus pada diri sendiri menyembuhkan luka, menata hati dan mencari bahagia sendiri.
Congratulations, so you win again, woah
Congratulations, you just took away, woah
Our memories so far
They're gone, just like you are
Now, all I have is me, and it's getting too hard
I saw it on your face, yeah
I knew you too damn well, yeah
I heard you laugh and knew that you did more than move on
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H