Lihat ke Halaman Asli

Anri Rachman

Pengajar di Sekolah Madania, Kabupaten Bogor

Literasi dan Pandemi

Diperbarui: 19 Juli 2020   08:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sudah berbulan-bulan pandemi covid-19 melanda Indonesia. Tidak hanya Indonesia, sejak pertama kali mewabah pada sekitar akhir tahun 2019 di Wuhan, Tiongkok, pandemi ini telah menjangkiti hampir semua negara di dunia. Banyak korban jiwa hingga perekonomian serta sektor lainnya terhenti akibat pandemi ini.

Merunut pada sejarah dari berbagai sumber, ini bukan pandemi pertama yang menjangkiti masyarakat global. Sebelumnya telah melanda juga pandemi seperti black death plague pada pertengahan tahun 1300an, Kolera pada pertengahan tahun 1800an hingga pada awal tahun 1900an, Influenza pada akhir tahun 1800an hingga saat perang dunia pertama berakhir, Flu Asia dan Flu Hongkong pada pertengahan tahun 1900an, serta HIV/ AIDS pada tahun 1970an hingga kini.

Apakah masyarakat global dan khususnya Indonesia siap menghadapi pandemi baru seperti sekarang ini, covid-19? Seharusnya kita siap karena telah belajar pada pengalaman menghadapi berbagai pandemi sebelumnya. Bertahun-tahun ke belakang berbagai pengalaman menghadapi pandemi sudah dilalui. Namun, yang menjadi masalah adalah apakah kita benar-benar belajar dari berbagai pengalaman sebelumnya? Apakah kita belajar, membaca, dan memahami berbagai pandemi sebelumnya?

Memahami dan mempelajari berbagai pengalaman yang telah dilalui menjadi bekal penting menghadapi masa pandemi covid-19. Pepatah "Pengalaman adalah guru tebaik" akan tidak berarti jadinya jika pengalaman tersebut tidak dipelajari dan dipahami.

Literasi menjadi penting bagi kita untuk meningkatkan kemampuan memahami dan mempelajari berbagai peristiwa yang dilalui selama ini. Sehingga berbagai peristiwa yang terjadi tidak hanya menjadi bahan sejarah tapi juga bahan pendidikan untuk melanjutkan hidup pada masa datang.

Tanpa kemampuan literasi yang kuat, kita berada pada sisi jurang berbagai pandemi lainnya di masa datang. Perlu diperhatikan, bahwa awal dari segala pandemi adalah kurangnya kemampuan literasi dalam berbagai bidang. Meskipun obat atau vaksin untuk memberantas pandemi tersebut belum ada, jika kita telah siap karena kemampuan litarasi yang kuat, dapat membantu bertahan hidup menghadapinya.

Enam kemampuan literasi dan pandemi

Pada tahun 2015, World Economic Forum, disepakatilah enam kemampuan literasi yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh masyarakat global, yaitu membaca-menulis, numeral, ilmu pengetahuan (sains), informasi-komunikasi (digital), finansial, serta budaya dan kewargaan. Enam kemampuan literasi tersebut menjadi kebutuhan dasar prasayarat kecakapan hidup di era modern.

Lalu apa hubungan enam kemampuan literasi tersebut dengan pandemi? Diharapkan enam kemampuan literasi tersebut mempersiapkan kita terhadap segala kemungkinan di masa yang akan datang. Sehingga dampak-dampak yang ditimbulkan oleh suatu pandemi seperti pada pengalaman-pengalaman sebelumnya dapat diminimalisasi.

Pertama, literasi membaca-menulis. Kemampuan ini sangat diperlukan agar ketika suatu pandemi terjadi, masyarakat dapat membaca berbagai informasi yang disampaikan mengenai pandemi tersebut. Sehingga kita melek terhadap informasi yang disampaikan. Membaca dan menulis menjadi sangat penting, maka kemampuan ini harus dimiliki sejak dini.

Slogan "membaca adalah gerbang dunia atau pengetahuan" benar adanya. Dengan kemampuan membaca, kita dapat mengolah berbagai informasi. Voltair seorang filusuf asal Perancis mengatakan bahwa semakin banyak kita membaca, semakin banyak kita berpikir; semakin banyak kita belajar, semakin sadar bahwa kita tak mengetahui apa pun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline