"Saya tidak akan pernah ragukan keikhlasan Pak Jusuf Kalla karena saya sendiri telah kenal anda dengan baik. Makanya ketika bapak mau datang saya sangat bersyukur karena ternyata bapak tidak membiarkan kami jalan sendiri"
Kutipan bernada getir dan penuh keyakinan pada upaya Jusuf Kalla mendamaikan perang Afghanistan di atas, adalah ungkapan tertulis dari Dr. Abdullah Abdullah Chairman High Council For National Reconciliation Afghanistan (HCNR). Lembaga yang berdiri belum setahun itu, merupakan Dewan Tinggi Afhganistan untuk Rekonsiliasi Nasional. Sebagai Badan Otoritatif perdamaian di Afghanistan, HCNR memberikan nasihat dan bimbingan kepada pemerintahan dan mereka yang terlibat pertikaian di Afghanistan. HCNR juga melibatkan diri dengan negara negara asing untuk proses perdamaian d negara yang telah dilanda perang sejak tahun 1950-an, setelah Revolusi Saur.
Penghujung tahun 2020, saat dunia sedang dilanda pandemi Virus Covid-19, Jusuf Kalla bersama tim kepercayaannya bertandang ke negara yang masih dihantui perang saudara, Afghanistan. Tak ada embel embel penjemputan laiknya tokoh dan kepala negara jika tiba di daerah yang sedang dilanda perang.
Melihat vidio yang diunggah oleh Husain Abdullah, juru bicara JK - nampak bagaimana suasana di bandara Hamid Karzal Kabul 23 Desember 2020. Walaupun berdurasi pendek, namun jelas sangat terlihat suasana kegetiran dan aroma perang. Mungkin sebab yang merecord nya adalah seorang jurnalis senior televisi, Husain Abdullah sehingga dapat memilih angle menarik bagi penonton, laiknya kita sedang menyaksikan film perang di Afhganistan, yang diproduksi oleh produser produser dari Hollywood.
JK dijemput oleh helikopter militer, M136. Ia berjalan nampak sedikit tergesa gesa agar segera naik ke helikopter yang mengantarnya terbang menuju Istana Haram Sarai Kabul. Di sana, JK menghabiskan waktunya selama tiga hari. Ia bertemu dengan sejumlah pihak dari unsur pemerintahan. Menteri Agama dan Haji Muhammad Qasim Halimi, Menlu Muhammad Haneda Atmar, Dr. Abdullah Abdullah CEO HCNR, Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nisar Ahmad Ghoryani, Ketua dewan Keamanan Nasional Afhganistan Dr. Hamdillah Mohib, juru runding pemerintahan Afhganistan Masoom Staneksal. Terakhir, sebelum meninggalkan Kabul, JK bertemu spesial dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani. "Kami minta tolong pada Pak Jusuf Kalla, agar bicara dengan mereka (Taliban), dan tengahi kami" pinta Ashraf Ghani.
Saya tak bisa membayangkan bagaiamana seorang presiden, kepala negara bermohon amat sangat kepada Jusuf Kalla, dimana kita ketahui tak memiliki lagi kekuasaan di Indonesia kecuali ketokohan, kepedulian dan keikhlasan bekerja pada kemanusiaan, di mana pun manusia berpijak. JK yang tak lagi memiliki kekuasaan di Indonesia namun memiliki pengaruh kemanusiaan pada proses perdamaian yang telah mengantarnya ke istana kepala negara di Afhganistan. Beberapa harapan yang saya kutip saat JK dihadapan para pemimpin negara tersebut.
"Kami membutuhkan pelajaran berharga dari anda dan bangsa Indonesia. Bagaimana menciptakan perdamaian, prosesnya setelah itu kami butuh lagi secara detil bagaimana implementasi" Presiden Afhganistan.
"Kami berharap, beri kami support untuk proses perdamaian di negara kami dan fasilitasi kami untuk pertemuan Ulama se Asia" Harapan dari Menlu Afghanistan ke JK.
"Anda memiliki pengaruh dan wibawa terhadap ulama. Untuk itu kami minta bapak untuk mempertemukan para ulama kami dengan Taliban" CEO HCNR
"Kami minta Pak JK dan ulama Indonesia memfasilitasi dialog ulama Afghanistan dan ulama Taliban untuk mengakhiri konflik" Menteri Agama dan Haji Afhganistan.
Membaca kutipan di atas,sangat jelas tersirat betapa Afhganistan dan rakyat d sana berharap pada seorang Jusuf Kalla fokus dan serius untuk mengantar masa depan Afhganistan, terbebas dari konflik, suara mesiu peluru, meriam yang menyebabkan jatuh nya korban di negara yang berpuluh puluh tahun telah dilanda konflik keyakinan dan saudara tersebut. Akankah rakyat Afghanistan dapat melihat matahari terbit dan matahari terbenam tanpa ketakutan? Dapatkan negara tersebut mendapatkan kembali predikatnya sebagai negara penyangga Rusia dan negara Penyangga Britania?
Untuk itulah, inilah awal dari tulisan saya yang menukil judul "Dunia Menantang JK". Yah, bukan lagi Indonesia yang akan menantang putra Bugis asal Bone ini melainkan dunia berkali kali memanggilnya.