Lihat ke Halaman Asli

Bagi-bagi Es Krim Gratis di Surabaya dan Mental Masyarakat Gratisan

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi-bagi es krim gratis di Surabaya dan mental masyarakat gratisan

Pada Minggu 11 Mei 2014 di Surabaya telah diadakan acara bagi-bagi es krim gratis tepatnya disalah satu jalan di pusat kota Surabaya oleh salah satu perusahaan es krim terkenal. Kebetulan tempat tersebut berdekatan dengan lokasi taman Bungkul, sebuah taman kebanggan warga Surabaya. Diluar dugaan peminat acara bagi-bagi es krim tersebut mencapai ribuan orang yang secara tumpah ruah memadati kawasan tempat acara itu. Alhasil dengan jumlah panitia yang terbatas dan jumlah aparat keamanan yang terbatas pula menjadikan kawasan tersebut macet total. Beberapa warga juga pengguna kendaraan yang hendak melewati kawasan Jalan Raya Darmo dibuat kalang kabut harus memutar arah atau paling tidak mencari jalan alternatif lain. Disamping itu seperti diberitakan di berbagai media online bahwa karena acara bagi-bagi es krim gratis tersebut berdampak pada rusaknya Taman Bungkul dan rusaknya tanaman-tanaman jalur hijau pembatas jalan. Bahkan walikota Surabaya, ibu Risma sangat marah mengetahui bahwa Taman Bungkul dan kawasan hijau disekitarnya menjadi rusak parah akibat terinjak-injak oleh lautan manusia saat itu yang berebut pembagian es krim gratis. Disisi lain banyak orang menyalahkan pihak perusahaan, bahkan ada yang menyebutkan bahwa acara itu belum ada ijinnya. Dalam hal ini saya secara pribadi ingin menanggapi bahwa kerusakan di Taman Bungkul dan tanaman pembatas jalan itu mau tidak mau juga akibat kesalahan masyarakat warga Surabaya yang turut serta dalam acara bagi-bagi es krim. [caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Dilarang menginjak rumput"][/caption] Ini terkait dengan mental masyarakat kita yang sangat suka sekali dengan yang namanya barang gratisan. Kalau kita lihat bahwa harga es krim yang dibagikan tersebut "tidak seberapa" dan juga dijual di warung dekat rumah. Kenapa hanya untuk mendapatkan es krim gratisan rela sampai datang ke lokasi pembagian yang pastilah akan berdesak-desakan. Mengingat warga kita belum akrab dengan dengan budaya antri. Saya yakin warga yang datang ke lokasi pembagian es krim bukanlah warga yang masuk golongan "fakir miskin" karena mereka datang ke lokasi pembagian datang naik sepeda mahal, motor ataupun mobil. Ya karena sebagian besar rakyat ini suka yang namanya gratis, apapun resikonya. Ditambah lagi dengan budaya "tidak tau malu" bila menerima barang gratisan. Belum lagi sikap yang tidak mau antri dengan rapi, maunya hanya berebut es krim dengan cara sikut sana sikut sini. Bahkan dengan bangganya mereka menginjak-injak tanaman di pembatas jalan yang jelas-jelas ada tulisan tanda peringatan "Dilarang Menginjak Tanaman". Kalau seperti ini apalah gunanya dipasang tanda peringatan itu. Juga menurunnya rasa ikut memiliki Taman Bungkul dan tanaman sebagai pembatas jalan. Tidak ada rasa sayang jika nanti tanaman yang mereka injak-injak itu akan rusak. Mental-mental inilah yang saat ini menghinggapi warga kita. Biaya pembuatan dan perawatan taman dan tanaman pembatas jalan itu konon mencapai milyaran rupiah. Jika kita mau tau bahwa biaya tersebut pastilah diambil dari pajak-pajak yang dibayar oleh masyarakat. Semoga hal ini dapat dijadikan pelajaran bagi kita semua dan tidak akan terulang kembali. Simak juga : Keputusan Sebelum Semuanya Terlambat Tabungan Rencana Dana Pendidikan Anak Tips agar penjual bakso, penjual ikan, sopir angkot bisa mendapat fasilitas kesehatan yang layak dan uang pensiun [caption id="attachment_335854" align="alignnone" width="320" caption="Paddle Pop Dino Freeze"]

1399816953264312151

[/caption]



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline