Lihat ke Halaman Asli

Anny Zahratunnisa

Mahasiswa Universitas Airlangga

Euforia Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) Bagi Mahasiswa Rantau

Diperbarui: 30 November 2024   13:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Merantau (Sumber: iStockphoto)

Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024 merupakan hal yang ditunggu-tunggu semua kalangan, terutama mahasiswa baru yang merantau. Bertepatan dengan libur semester ganjil, banyak mahasiswa yang memanfaatkan momen ini untuk kembali ke kota asal atau kampung halaman.

Khususnya mahasiswa baru yang merantau jauh dari keluarga. Hal ini merupakan pengalaman baru bagi mereka untuk merasakan euforia untuk bertemu keluarga setelah sekian lama. Seperti yang kita tahu, mahasiswa baru yang merantau rentan merasakan homesick.

Homesick adalah bentuk adaptasi yang dirasakan oleh seseorang ketika mengalami perpisahan dari keluarga, teman, dan lingkungan yang sangat familiar. Hal ini wajar terjadi di kalangan mahasiswa baru yang merantau karena keinginan untuk terus-menerus merasakan perasaan dilindungi, disayangi, dan diberikan rasa aman yang belum didapatkan di lingkungan baru yang akhirnya menimbulkan perasaan asing terhadap diri sendiri ketika berada di situasi yang baru.

Oleh karena itu, setelah menjalani masa pengenalan kampus dan perkuliahan selama satu semester, libur nataru sekaligus libur semester kali ini menjadi sesuatu yang spesial bagi mahasiswa rantau.

Kerinduan Dengan Keluarga dan Orang-orang yang Tersayang

Setelah merasakan homesick dan kegiatan yang jauh berbeda dari sebelumnya, bagi mahasiswa baru yang merantau, kembali ke rumah di kota asal adalah hal yang berarti. Bagi anak rantau, komunikasi secara digital melalu video call tidak dapat menggantikan kerinduan bertemu dengan orang-orang tersayang secara langsung. Menghargai keberadaan orang-orang tersayang dengan menghabiskan waktu bersama akan memberikan kehangatan kembali setelah menjalani hari-hari di perantauan. Dengan demikian, kita bisa lebih mensyukuri keberadaan orang-orang tersayang di kehidupan kita.

Merasakan Masakan Ibu

Sederhana, tetapi mencicipi masakan ibu yang selalu kita rasakan saat sebelum di perantauan adalah sesuatu yang memberikan kita semangat untuk pulang. Makanan yang dibuat dengan tangan yang penuh cinta tidak akan pernah kita dapatkan di warteg manapun. Dengan merasakan masakan ibu juga bisa sebagai bentuk perbaikan gizi sebagai anak rantau yang kerap acuh terhadap makanan yang bernutrisi. Oleh karena itu, masakan ibu adalah yang terbaik dan tidak ada yang menandinginya.

Kemandirian yang Diuji

Selama diperantauan kita diajarkan untuk bertanggung jawab dalam berbagai aspek kehidupan. Mulai dari kewajiban sebagai mahasiswa dengan tugas yang harus dikerjakan hingga pekerjaan rumah yang harus dilakukan sendiri, seperti mencuci, masak, dan berbenah. Bukan hanya bertanggung jawab terhadap keadaan finansial tetapi juga bertanggung jawab terhadap kesehatan, ketenangan diri, dan kepercayaan orang tua untuk dapat melepaskan kita jauh dari jangkauannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline