Menjadi Muslim Yang Normal
Kita pernah mendengar istilah syar'i, shalih atau shalihah disematkan pada suatu kalimat sebagai sifat perbuatan tertentu. Misalnya ketika kita pakai pakaian yang lebih longgar, gamis, memperhatikan pemakaian kaos kaki, lalu di bilang "syar'ie banget sih bajunya,"
Atau ketika kita dengar adzan dan segera berangkat ke masjid, lalu disebut "sholeh banget, belum iqamah juga kok,"
Sedangkan, yang menyebut begitu juga sesama muslim sebenarnya.
Jadi statement mereka apakah salah? Apakah betul? Atau bagaimana?
Nyatanya generasi kita hari ini lebih banyak melihat yang sholatnya nanti-nanti, yang menutup auratnya yang penting berkerudung padahal lekuk tubuh diumbar, kita tidak heran kalau ada yang belum lancar baca Al Qur'an, tapi sekalinya melihat yang lancar dan fasih baca al Qur'an disebut sholih banget.
Jadi siapakah yang normal?
Istilah syar'i, sholih, sholihah sebenarnya dimaksudkan pada hal tertentu, atau sesuatu perbuatan yang dikerjakan sesuai dengan perintah Allah.
Maka, seharusnya jadi hal yang normal bila seorang muslim, menutup aurat dengan sempurna, menyempurnakan gamisnya dengan kaos kaki, ketika adzan berkumandang segera menegakkan shalat, menolak untuk berpacaran, berkata dengan kata kata yang baik, dan sebagainya.
Sangat normal bagi seorang muslim untuk hidup sesuai dengan ajaran Islam. Justru jika ada seorang muslim menolak ajaran-ajaran Islam, tidak suka dengan ajaran Islam, malas beribadah, shalat ditinggalkan, mengaji tidak pernah. Itu yang tidak normal. Mengherankan. Katanya muslim? Kok tidak taat dengan Allah?
Hidup di bumi milik Allah artinya kita tidak boleh hidup seenaknya, Allah memberi aturan kepada kita ketika kita numpang tinggal di bumi miliknya, maka kita harus menurut. Jika Allah memberi perintah ya harus kita kerjakan, jika memberi larangan ya harus kita tinggalkan. Kecuali jika kita ingin ditendang dari bumi miliknya ini, silahkan durhaka sepuasnya. Tapi dipastikan tak akan berakhir di surgaNya.
Jadi apakah kamu sudah hidup sebagai normalnya seorang muslim? Kalau belum, yuk kembali, jangan nyasar kemana mana, nanti menyesal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H