Lihat ke Halaman Asli

Anniy Hanifah Mustaqim

Universitas Hasanuddin

Sedentary Lifestyle; Ancaman Tersembunyi bagi Kesehatan Anak di Masa Depan

Diperbarui: 24 September 2024   08:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sedentary lifestyle, yang merujuk pada kurangnya aktivitas fisik dan banyaknya waktu yang dihabiskan di depan layar, telah menjadi masalah yang semakin mengkhawatirkan di kalangan anak-anak di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Perubahan ini sebagian besar didorong oleh kemajuan teknologi yang memberikan akses mudah ke berbagai hiburan digital dan perubahan sosial yang menekankan pada prestasi akademik daripada aktivitas fisik. Meskipun tampak menyenangkan, gaya hidup sedentari memiliki dampak serius yang dapat mengancam kesehatan dan kesejahteraan anak-anak di masa depan.

Dampak Kesehatan Fisik

Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Hanifah et al. (2023) di Indonesia, sekitar 57% anak-anak menjalani kehidupan yang kurang akan aktivitas fisik. Kondisi ini meningkatkan risiko obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit kardiovaskular. Obesitas pada anak telah menjadi perhatian utama karena dapat menyebabkan komplikasi kesehatan lebih lanjut, seperti gangguan pernapasan dan peningkatan risiko penyakit jantung.

Selain itu, perilaku sedentari berdampak pada perkembangan fisik anak-anak, seperti penurunan kepadatan tulang. Peltzer & Pengpid (2016) menemukan bahwa ketidakaktifan fisik meningkatkan risiko berbagai konsekuensi kesehatan, termasuk perubahan kardiovaskular yang dapat berujung pada penyakit jantung di masa dewasa.

Dampak Kesehatan Mental

Tidak hanya berpengaruh pada kesehatan fisik, perilaku sedentari juga berdampak pada kesehatan mental anak-anak. Anak-anak yang menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar cenderung mengalami masalah kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan. Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Journal of Physical Activity and Health menemukan bahwa perilaku sedentari berkaitan erat dengan peningkatan risiko depresi dan kecemasan (Pfefferbaum & Van Horn, 2022). Kurangnya aktivitas fisik juga berpotensi menurunkan harga diri anak-anak, seperti membuat mereka lebih rentan terhadap bullying, terutama jika mereka mengalami kelebihan berat badan.

Faktor Penyebab

Beberapa faktor berkontribusi terhadap meningkatnya perilaku sedentari pada anak-anak. Salah satunya adalah peningkatan penggunaan perangkat elektronik. Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang menggunakan gadget dengan intensitas tinggi memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami obesitas (Tanjung et al., 2017). Pandemi COVID-19 juga memainkan peran signifikan dalam meningkatkan perilaku sedentari. Pembatasan aktivitas fisik dan pembelajaran jarak jauh membuat anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu di depan layar, mengurangi kesempatan untuk terlibat dalam aktivitas fisik.

Solusi dan Intervensi

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan komprehensif yang melibatkan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Orang tua harus membatasi waktu layar anak-anak dan mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan fisik. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), anak-anak dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik setidaknya 60 menit setiap hari.

Sekolah dapat memainkan peran penting dengan mengintegrasikan aktivitas fisik ke dalam kurikulum dan menyediakan fasilitas yang mendukung olahraga. Program setelah sekolah yang berfokus pada aktivitas fisik juga dapat meningkatkan keterlibatan anak-anak dalam kegiatan sehat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline