Lihat ke Halaman Asli

Pendidikan dalam Humanisme

Diperbarui: 27 Mei 2017   10:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apa itu pendidikan? Menurut Ngalim Purwanto pedagogi bermaknapendidikan, sedangkan pedagogik berarti ilmu pendidikan. Kedua istilah tersebutterkesan punya kesamaan, akan tetapi jelas sekali punya makna yang berbeda.Adapun defenisi pendidikan yang lebih luas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesiamenyebutkan, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorangatau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajarandan pelatihan. Menurut Kingsley Price dalam Fauzan, “education is process by which the nonphysicalpossesions of a culture are preserved or increased in the rearing of the youngor in the instruction of adults”. (Pendidikan ialah proses dimanakekayaan budaya non fisik dipelihara atau dikembangkan dalam pengaruh anak-anakatau mengajar orang-orang dewasa). Ngalim Purwanto mendefenisikan pendidikansebagai segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untukmemimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.

Lalu, apaitu humanisme? Menurut KBBI, humanisme adalah aliranyang bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan dan mencita-citakan pergaulanhidup yang lebih baik; paham yangmenganggap manusia sebagai objek studi terpenting; aliran zaman Renaissance yangmenjadikan sastra klasik (dalam bahasa Latin dan Yunani) sebagai dasar seluruhperadaban manusia; kemanusiaan. Akan tetapi, sejalan dengan perkembangan ilmupengetahuan, teori ini telah banyak dikembangkan oleh beberapa pakar pendidikanuntuk di pimplementasikan dalam dunia pendidikan. Dan salah satu pendekatanyang dikembangkan melalui teori humanisme ini adalah pendekatan QuantumLearning. Dalam hal ini, guruberperan sebagai fasilitator. Humanisme juga mempunyai pandangan dalam kepribadianyang menekankan berbagai hal. Seperti: holism (kesatuan yang utuh), menolakriset binatang, potensi kretif dan menekankan kesehatan psikologis.  

Akhir akhir ini, humanisme diadopsi dalam dunia pendidikankarena makin maraknya praktik-praktik dehumanisasidalam pendidikan. Guru, kini tidak lagi diposisikan sebagai orang yang tahusegalanya tanpa melihat keseragaman potensi dan bakat yang sebenarnya dimilikioleh peserta didik. Dalam pendidikan yang mengarah pada humanisme, guru kinidiposisikan sebagai fasilitator. Guru yang diposisikan sebagai fasilitator,mempuunyai kewajiban untuk menciptakan kondisi yang mendukung yaitu empati,penghargaan, dan umpan balik positif. Guru yang diposisikan sebagai fasilitatordituntut untuk bisa berdiskusi dan menghargai pendapat siswa. 

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, guru yangfasilitatif akan berefek pada hasil akademik yang siswa raih. Tidak hanya itu, guruyang fasilitatif juga bisa menguragi angka bolos dan meningkatkan konsep diripara siswa. Pendidikan yang humanis menekankan bahwa pendidikan yang utamaadalah bagaimana menjalin komunikasi dan relasi peronal antara pribadi-pribadidan antara pribadi dan kelompok di dalam komunitas ssekolah. 

Akan tetapi, teori belajar humanistik juga mempunyaikekurangan. Pertama, pemahaman yang kurang jelas dapat menghambat prosesbelajar. Kedua, Kebebasan yang diberikan cenderung disalahgunkan. Ketiga,Pemusatan pikiran akan berkurang. Keempat, Kecurangan kecurangan akan semakinmarak terjadi. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline