Salam sehat Pembaca Bijak!
Kembali lagi blog saya akan aktif dengan bumbu yang kental dengan pendidikan bangsa kita.
Tulisan ini nantinya merupakan hasil olah pemahaman saya selama mendalami ilmu mengenai kependidikan sekaligus awalan saya setelah sekian lama vakum dari blog duniawi. Pembaca Bijak, program pendidikan kita kini berusaha berselancar sebagai landasan ilmu di era derasnya teknologi. Termasuk program PPG Prajabatan 2022 gelombang 2 yang saya ikuti ini sudah terintegral dengan pembelajaran MERDEKA. MERDEKA ternyata bukan sekadar penamaan, Pembaca Bijak. Jika konsepnya untuk saya sebagai mahasiswa, ada banyak hal-hal yang membelajarkan dan relevansi ilmu dengan kondisi bangsa kita sekarang.
Saya baru saja menyelesaikan pemenuhan tugas pada topik 1: Perjalanan Pendidikan Nasional mata kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia. Pada awal perjalanan menempuh mata kuliah ini, saya diajak untuk lebih mendalami tentang diri saya sebagai seorang guru dan darimana dorongan saya menjadi guru ini ditumbuhkan. Sekarang, saya ingin bertanya dan silahkan Pembaca Bijak jawab dalam hati. Siapakah sosok yang dikenal julukannya sebagai Bapak Pendidikan bangsa kita ? Pasti Anda semua menjawab Ki Hajar Dewantara dan itu benar. Namun, apakah kita sebelumnya tahu persis tentang pendidikan kita dahulu ? Belum tentu. Namun, saya yakin Pembaca Bijak yang sedang membaca artikel saya adalah salah satu umat Indonesia yang peduli dengan keadaan bangsanya termasuk pendidikan kita.
Salah satu momen yang dimiliki oleh Bapak Pendidikan kita yakni dalam penganugerahan Honoris Causa oleh Universitas Gajah Mada pada 7 November 1956. Beliau menyampaikan terkait kemurnian budaya kita yang patut dijaga sekaligus mampu mengikuti perkembangan positif pendidikan maupun budaya dari luar atau bangsa lain. Alangkah baiknya Pembaca Bijak membaca isi pidato beliau terlebih dahulu di https://fliphtml5.com/uifgc/tlyd/basic .
Singkatnya, dalam pidato tersebut beliau menyampaikan tentang kuat namun luwesnya budaya kita agar bisa menerima pendidikan positif dari bangsa lain. Hal ini dilakukan agar bangsa kita senantiasa mencapai kesejahteraan dan perdamaian. Dari sini kita tahu, pendidikan membentuk kita agar kita berkembang menjadi sebaik-baiknya manusia sesuai nilai bangsa yang kita miliki. Secara perkembangan pendidikan, bangsa kita pada zaman kolonial dulunya hanya memperuntukkan sekolah dari segelintir rakyat untuk calon pegawai (tahun 1854). Sekolah berlangsung dan kegiatan pembelajaran yang diberikan hanya membaca, menulis, dan berhitung. Hingga muncul Taman Siswa yang dicanangkan sebagai tonggak pendidikan rakyat agar merdeka dan bebas.
Oleh karena itu, berbagai model pembelajaran yang sudah pernah diterapkan bangsa kita perlu untuk dikaji apakah sudah sesuai dengan keadaan negeri kita ? Selain itu, keadaan peserta didik di jaman kini tentu berbeda dengan generasi bahkan sebelum kita. Persoalan pendidikan bangsa kita memang semakin kompleks namun sangat potensial jika kita dapat mengembangkannya dengan tepat. Teruntuk Pembaca Bijak disini barangkali juga sebagai Bapak/Ibu pendidik, tugas kita bukan hanya mendidik atau mengajar peserta didik. Namun juga meningkatkan profil sebagai guru yang paham dengan perkembangan jaman berlandaskan pendidikan karakter bangsa Indonesia. Sehingga, saya disini mengajak Pembaca Bijak juga untuk senantiasa terus belajar. Dan Filosofi Pendidikan Indonesia adalah salah satu bahan untuk Bapak/Ibu pendidik agar dapat menyelam secara baik dalam arus pendidikan kita. Semangat!
Terimakasih dan salam sehat, Pembaca Bijak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H