Jeddah adalah sebuah kota yang berdenyut di pesisir Laut Merah yang memiliki sejarah panjang sebagai pintu gerbang menuju Tanah Suci, Makkah dan Madinah. Kota ini tidak hanya menjadi titik awal perjalanan bagi jutaan peziarah setiap tahunnya, tetapi juga menyimpan kekayaan sejarah dan budaya yang mengagumkan.
Awal Mula Jeddah
Didirikan sekitar 2500 tahun yang lalu, Jeddah awalnya hanya sebuah kawasan persinggahan yang dipakai sebagai tempat istirahat bagi para nelayan selepas melaut. Namun, dengan berkembangnya jalur perdagangan dan keagamaan, Jeddah bertransformasi menjadi kota pelabuhan utama.
Khalifah Utsman bin Affan adalah tokoh penting yang memajukan kota Jeddah. Pada tahun 648 M, ia menetapkan kota ini sebagai pelabuhan utama bagi calon jamaah haji yang hendak menuju Makkah, terutama bagi mereka yang menyeberangi Laut Merah untuk mencapai Jazirah Arab.
Kedatangan para calon haji tidak hanya membawa banyak orang ke Makkah dan Madinah, tetapi juga secara signifikan memajukan perekonomian Jeddah. Aktivitas perdagangan di kota ini berkembang pesat berkat kehadiran para peziarah.
Keunikan Kota Jeddah
Berbeda dengan Makkah yang relatif homogen (karena hanya umat Muslim yang diizinkan memasukinya), Jeddah telah menjadi kota yang sangat kosmopolitan sejak awal perkembangannya.
Sebagai kota pelabuhan, Jeddah terbuka bagi kapal-kapal dari berbagai wilayah dengan budaya dan keyakinan yang berbeda dari Makkah, pusat Jazirah Arab.
Berbagai jenis pekerjaan muncul akibat aktifnya perdagangan antarwilayah dan interaksi antarbudaya di Jeddah. Non-Muslim yang ingin berinteraksi dengan warga Arab namun tidak dapat memasuki Makkah memilih untuk menetap di Jeddah.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Jeddah dahulu dikenal sebagai Balad Al-Qanasil atau Kota Konsulat, karena banyaknya konsulat dari berbagai negara asing yang berdiri di kota ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H