Lihat ke Halaman Asli

Annisa Sholiha

Mahasiswi Program studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pertanian Guna Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi Lokal yang Berkelanjutan: Budidaya Daun Bawang

Diperbarui: 19 Desember 2023   23:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

P4S Desa Sindangjaya (Dokumen Pribadi)

(12/12/23) Dalam kegiatan ini kami Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Program studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam kelas BPI 1C (kelompok 2) melakukan penelitian untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester (UAS) dari mata kuliah Pengantar Pengembangan Masyarakat yang diampu oleh dosen kami, Bapak M. Jufri Halim, S.Ag.,M.Si. terkait pengembangan masyarakat di Pusat Pelatihan Pengembangan Pedesaan Swadaya (P4S) Kawasan Desa Sindangjaya Cipanas tepatnya di Jl. Singa Barong, Cimacan, Kec. Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

“Menanam itu bukan asal tanam, tetapi ada ilmunya” ujar Supartman, salah satu petani pengembang daun bawang di Desa Sindangjaya, Cipanas. Supartman sudah menjalankan kegiatan bertaninya sejak usia 15 tahun, sehingga dapat diketahui Supartman sudah cukup ahli dalam bidangnya.

Pada umumnya, daun bawang merupakan bumbu rempah yang banyak digunakan dalam beberapa masakan seperti dalam sop, taburan pada soto atau tambahan dalam martabak dan lain sebagainya. Namun, bagaimana cara daun bawang tumbuh dan berkembang sehingga dapat dengan mudah kita temukan di pasar ataupun dapur rumah sekalipun? Simak penjelasan berikut.


Waktu yang diperlukan untuk panen daun bawang adalah 3 bulan atau paling cepat 2,5 bulan sejak daun bawang ditanam. Bibit bawang didapatkan dari bawang daun itu sendiri. Daun bawang dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran tinggi dengan ketinggian antara 900 sampai 1.700 mdpl. Namun, daun bawang juga dapat tumbuh di dataran rendah dengan suhu panas, akan tetapi hasilnya tidak akan sebagus bila ditanam di dataran tinggi.

Penyiraman perlu dilakukan secara teratur terutama pada musim kemarau yaitu dua hingga tiga kali sehari tergantung kondisi. Ketika memasuki musim hujan tanaman ditutupi menggunakan plastik transparan agar air hujan tidak masuk terus-menerus.

“Ibarat bersekolah, kita harus rajin dalam mencari ilmu, begitu pula dengan tumbuhan yang kita tanam juga harus rajin dirawat dan disirami, supaya mendapatkan hasil panen yang bagus” kata Supartman melalui wawancara kami.

Budidaya daun bawang tentu memberikan beberapa dampak positif bagi masyarakat. Salah satunya adalah penyediaan sumber penghasilan tambahan bagi petani dan buruh tani atau masyarakat yang terlibat dalam proses budidaya.

Berdasarkan pengalaman Supartman, pendapatan yang didapatkan dari hasil bercocok tanam daun bawang adalah sekitar 15-20 juta perbulan, 10-15 juta diputar balikkan untuk kebutuhan modal dan sisanya yaitu 5 juta rupiah digunakan untuk kebutuhan petani sehari-hari.

Selain itu, budidaya daun bawang juga dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya pertanian lokal, menyediakan akses terhadap sayuran segar dan sehat, serta mengajarkan praktik pertanian yang berkelanjutan kepada masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline