Suasana hari Minggu pagi (4/3) di depan gedung Graha Sainta (GS) Fakultas MIPA Universitas Brawijaya Malang tak lengang seperti biasanya. Saat itu tampak banyak pemuda berkumpul dengan membawa berbagai perlengkapan bangunan dan alat-alat kebersihan, seperti semen, pasir, cangkul, ember, sapu lidi, galah kayu, dll. Berdasarkan informasi yang diperoleh, ternyata kumpulan pemuda tersebut merupakan mahasiswa pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FMIPA UB yang hendak merealisasikan salah satu program kerja Departemen Kebijakan Publik (KP), yaitu aksi Kita Peduli. Aksi Kita Peduli (KP) kali ini berupa penambalan lubang-lubang di jalan dan pembersihan selokan di depan gedung GS yang juga merupakan gedung jurusan Matematika. Menurut Ridha Novia, staff Departemen KP sekaligus penanggung jawab aksi KP, kegiatan ini bertujuan untuk meminimalisir genangan air yang selalu membanjiri jalan depan GS setiap turun hujan. Tak hanya jalan di depan GS, bahkan gedung utama Fakultas MIPA pun pernah tergenang air. “Kami sudah membuat buletin isu (propaganda) mengenai bagaimana keadaan di Fakultas MIPA akibat drainasenya yang kurang bagus dan menempelnya di mading fakultas, tetapi tak ada tanggapan dari pihak birokrat. Oleh karena itu, kami dari Departemen KP memutuskan melakukan aksi ini”, tambahnya. Ridha dan pengurus BEM MIPA dari berbagai departemen bekerja sama dan berbagi tugas agar aksi KP ini selesai dan berjalan lancar. Ada dua fokus pekerjaan, yaitu menambal jalanan dan membersihkan selokan. Untuk menambal jalanan, ia sendiri yang menjadi koordinatornya, sedangkan untuk membersihkan selokan ia percayakan kepada Angga Wahyu Pratama, salah satu rekan kerjanya di Departemen KP. Kegiatan ini menghabiskan lebih dari 15 kg semen dan 5 kg pasir yang dibeli dari uang anggaran belanja BEM MIPA. Presiden BEM MIPA, Muwardi Sutasoma, juga turut serta dalam aksi ini. Sudah seharusnya kita bersegera melakukan perbaikan tanpa perlu menunggu instruksi dari atasan. Apalagi mahasiswa -yang notabene merupakan calon pemimpin bangsa-, dituntut untuk melaksanakan perannya sebagai iron stock, agent of change dan social control terhadap segala permasalahan atau isu yang terjadi, baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus. Perubahan perlu dilakukan dan mahasiswa lah yang harus berada di garda terdepan. Perubahan pun dimulai dari lingkup yang kecil, yaitu diri sendiri, lalu menyebar terus hingga akhirnya sampai ke ruang lingkup yang kita harapkan, yaitu bangsa ini. Seperti kata Muwardi Sutasoma dalam status Facebooknya (4/3), “Kalau bukan kita, siapa lagi?”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H