Hari Minggu, (10/7/1), teman-teman mahasiswa di Palembang berkujung ke kediaman Mularis Djahri. Mulanya, saya sendiri berencana ikut dalam kunjungan itu. Tetapi, karena beberapa kendala membuat saya urung ikut.
Sebagai salah satu pengangum Mularis, saya sangat menyesal karena tidak bisa bertatap muka dengan beliau dan mendengarkan secara langsung pesan-pesannya untuk kami sebagai mahasiswa, juga motivasinya maju menjadi calon walikota Palembang.
Untuk mengurangi penyesalan itu, saya kemudian bertanya kepada teman yang ikut. Mularis katanya, meminta kepada kita mahasiswa khususnya, dan semua masyarakat Palembang untuk menaati hukum yang berlaku. Karena taat terhadap hukum merupakan prasyarat penting untuk mewujudkan kota cerdas.
Mendengar pesan itu, saya langsung teringat bahwa memang menjadikan Palembang sebagai "Kota Cerdas" adalah cita-cita Mularis Djahri, jika terpilih menjadi walikota Palembang pada Pilkada 2018 nanti.
Bagi saya pesan itu sangat tepat, karena bagaimana mungkin kota cerdas dapat tercipta bila masyarakatnya sendiri masih suka melanggar hukum. Hukum harus kita taati karena terciptanya kota modern sangat beriiringan dengan warganya yang beradab.
Mularis pun menjelaskan jika taat terhadap hukum memiliki peran yang sangat signifikan dalam membentuk karakter hidup yang teratur. Dan perlu diketahui, jika sebuah masyarakat telah menjadikan hidup teratur sebagai way of life, maka layak masyarakat tersebut dimasukkan kedalam masyarakat yang memiliki peradaban tinggi.
Harus diingat bahwa orang-orang yang hidup di negara maju, mereka sangat menjungjung tinggi hidup teratur. Disana, ketika membeli tiket mengharuskannya untuk antri, ya mereka antri. Nah, Smart City hanya dapat tercipta jika ditopang dengan budaya masyarakat yang hidup tertib dan teratur.
Ditengah-tengah perbincangan, teman saya yang lain yang juga hadir dalam kunjungan ke rumah Mularis, menyahut demikian: "gagasan Mularis untuk ciptakan Palembang sebagai smart city sangat tepat. Zaman semakin maju, semua serba teknologi, kalau layanan kota masih seba manual dan tradisional, ya akan tertinggal jauh kita. Saya senang ada tokoh lokal mau menduniakan Palembang".
Anggita juga menambahkan, smart city atau kota cerdas memang harus diawali dengan pembuatan aturan main yang realistis, mudah dipahami, nyaman ditata dan bentuk hukumannya pun memberi efek jera dan takut rugi. Karenanya, ia dan para mahasiswa hukum lain menyambut gagasan itu serta akan membantu ikut memberi masukan soal pembuatan dan atau pengawasan penerapan aturan mainnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI