Lihat ke Halaman Asli

Annisa Salma Putri

Penulis amatir

Mengenal Indonesia Melalui Sastra Indonesia

Diperbarui: 30 Desember 2023   20:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sastra merupakan salah satu cabang ilmu yang kerap kali dipandang sebelah mata. Oleh sebagian orang, belajar sastra hanya sekadar mempelajari cara menulis puisi atau cerpen (cerita pendek) saja. Bagi siapa pun yang memilih jurusan sastra sebagai konsekuensi belajar selama kuliah, kelak akan dicemooh sebagai calon pengangguran setelah lulus. Namun, terdapat satu hal menarik dari ilmu sastra. Berlawanan dengan persepsi orang kebanyakan, ilmu sastra ternyata adalah salah satu ilmu yang diresmikan di sebuah universitas bahkan sebelum Indonesia merdeka.

Sebelum akhirnya menjadi Prodi Indonesia FIB UI, fakultas yang mempelajari sastra dibuka pada tanggal 1 Oktober 1940 dengan nama Faculteit der Letteren end Wijsbegeerte. Kemudian pada tahun 1947, fakultas tersebut diubah lagi menjadi Fakulteit Sastra dan Filsafat setelah pemerintah Indonesia mengambil alih Universiteit van Indonesia dan menggantinya menjadi Universitas Indonesia. Pada saat itu, jurusan yang dibuka oleh fakultas tersebut adalah Jurusan Sastra Indonesia, Jurusan Pranics, Jurusan Cina, dan Jurusan Arkeologi. Hal ini membuktikan bahwa ilmu sastra bukanlah sesuatu yang patut dikesampingkan. Di kenyataannya, ilmu sastra merupakan ilmu penting yang perlu dilestarikan.

Apabila terdapat penyataan yang menyatakan bahwa belajar sastra adalah belajar tentang puisi, maka pernyataan itu benar. Apabila terdapat pernyataan yang menyatakan bahwa belajar sastra adalah belajar menulis dengan baik dan benar, maka hal itu juga benar. Namun, apakah belajar sastra hanya belajar mengenai tulis-menulis? Nyatanya, sastra merupakan salah satu bentuk ekspresi seni yang paling fleksibel. Mengutip dari Media Indonesia, sastra diartikan sebagai suatu karya yang memiliki kualitas baik dan indah. Sapardi Djoko Damono, seorang sastrawan ternama Indonesia, menyatakan bahwa sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium penyampaiannya. Taum, salah seorang sastrawan besar, juga berpendapat bahwa sastra merupakan pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai bentuk perwujudan atau manifestasi dari kehidupan manusia dan masyarakat. Kedua pendapat tersebut mengaitkan antara sastra, masyarakat, dan sosial. Lantas, belajar apa, sih, di Jurusan Sastra Indonesia?

Seperti yang telah dibahas di atas, Jurusan Sastra Indonesia---yang kini menjadi Prodi Indonesia---di Universitas Indonesia menjadi salah satu jurusan tertua. Di Prodi Indonesia FIB UI, topik sastra sendiri menjadi salah satu fokus peminatan yang dipelajari di dalam kelas. Hal-hal yang dibahas di kelas sastra adalah kajian berbagai bentuk karya sastra, seperti puisi, cerpen, novel, hingga drama. Selain mengkaji karya sastra, jurusan ini memiliki dua fokus lain, yaitu linguistik dan filologi. Dalam kelas-kelas kuliah, linguistik adalah salah satu cabang ilmu yang mengkaji bahasa atau akrab disapa ilmu bahasa. Semetara itu, filologi adalah ilmu yang yang mempelajari tentang naskah-naskah kuno dengan batas usia naskah minimal 50 tahun. Ketiga cabang ilmu tersebut memiliki fokus yang spesifik dan terdengar hebat. Namun, apa untungnya belajar hal tersebut?

Sebagai ilmu, linguistik merupakan ilmu tegas yang mempelajari bahasa secara medalam. Di kelas-kelas kuliah, linguistik mengajak mahasiswa untuk mengetahui keterkaitan bahasa dengan kelas sosial; bahasa dengan gender; bahasa dengan usia; bahkan bahasa dengan kelompok masyarakat tertentu. Selain itu, linguistik juga bertanggung jawab atas terakuinya 718 bahasa daerah yang dimiliki oleh Indonesia. Lingusitik juga bertanggung jawab untuk menjadi jawaban atas keberhasilan tatanan struktur bahasa formal demi kemajuan fungsi pendidikan Indonesia. Itu sebabnya linguistik merupakan salah satu cabang ilmu yang penting untuk Indonesia.

Tidak kalah dari linguistik, filologi pun juga demikian. Filologi mengkaji berbagai jenis naskah kuno yang ada di Indonesia. Filologi mengungkap berbagai rahasia kerajaan, jimat, mantra, atau sekadar catatan harian seorang terpelajar di masa lalu. Tidak hanya teks, hal-hal teknis juga dipelajari di dalam kelas filologi. Hal-hal teknis yang menjadi bahan diskusi di kelas filologi antara lain, jenis kertas dan tinta yang digunakan pada naskah kuno; watermak yang tertera; cap air; bahasa; aksara; hingga gaya penulisan. Dengan banyaknya hal yang diteliti dan dikaji, filologi dapat memberikan alasan diplomatis untuk pengakuan Indonesia atas suatu peninggalan sejarah.

Terakhir, karya sastra. Sebagai makhluk sosial, isu penyimpangan sosial tidak akan lepas dari masyarakat. Kasus korupsi, penyelewengan kekuasaan, penculikan, KDRT, pemerkosaan, dan penyimpangan asusila lainnya adalah cerita-cerita yang umum kita temui di berbagai media berita. Namun, begitulah adanya media berita bercerita, media hanya akan menyediakan informasi yang terbatas: siapa korbannya, berapa usianya, apa jenis kelaminnya, dan hal-hal semacamnya. Media tidak menceritakan apa yang dirasakan oleh korban, apa motif pelaku yang sebenarnya, bagaimana kehidupan sebelum dan sesudah kejadian, dan hal-hal lain yang meliputi emosi. Hal-hal yang tidak diceritakan media itu lah yang terkandung dalam karya sastra.

Dalam karya sastra, kita dapat menemui cerita spesifik, seperti: bagaimana seseorang dengan etnis Tionghoa yang mendapat diskriminasi; bagaimana tegangnya mahasiswa yang menjadi buronan hanya karena mendiskusikan suatu karya; bagaimana rasa kecewa seorang sipil terhadap pemerintah; dan sebagainya. Itu sebabnya, ilmu sastra perlu dipelajari dan dilestarikan.

Sebagai negara yang memiliki segudang cerita di balik kisah kemerdekaannya, Indonesia menjadi negara yang harus berterima kasih dengan ilmu sastra. Karena melalui linguistik, kita dapat mengenal dan mengakui banyak bahasa daerah di Indonesia. Dengan filologi, kita dapat dengan tegas menentukan identitas negara melalui peninggalan sejarah. Dan oleh karena sastra, kita dapat melihat-lihat bagaimana kondisi sosial-budaya masyarakat Indonesia bahkan sejak masih berbentuk Nusantara hingga sekarang. Oleh ilmu sastra lah, kita dapat mengenal Indonesia lebih dekat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline