Lihat ke Halaman Asli

Kasus Kekerasan Seksual Perempuan dan Anak Meningkat, Butuh Solusi Tepat

Diperbarui: 14 April 2024   14:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpribadi

Jumlah kasus kekerasan di Provinsi Kalimantan Timur mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam 5 tahun terakhir. Berdasarkan data dari Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA), terjadi lonjakan penginputan kasus pada tahun 2023 mencapai 1.108 kasus, lebih banyak 163 kasus dibanding tahun sebelumnya.

               

Kepala Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Provinsi Kaltim Noryani Sorayalita menyampaikan data tersebut saat kegiatan Rembuk Etam Goes To Campus di Politeknik Negeri Samarinda, Jumat 22 Maret 2024. Sementara jika dilihat per kabupaten/kota, berdasarkan data bulan Februari 2024, kasus kekerasan terbanyak terjadi di Kota Samarinda dengan 57 kasus dilaporkan. Dari total 196 korban kekerasan yang tercatat, perempuan menjadi korban terbanyak dengan 127 anak dan 69 orang dewasa. (sekaltim.co)

Sungguhlah sangat miris melihat fakta diatas, perempuan dan anak yang seharusnya dilindungi dapat hidup dengan nyaman, justru hari ini malah menjadi korban berbagai bentuk kejahatan. Melihat fenomena ini, tentulah persoalanya bukan lagi individu per individu, sebab kekerasan pada anak dan perempuan tidaklah terjadi di satu atau dua wilayah saja melainkan hampir seluruh wilayah tanah air dapat dipastikan ada saja perbuatan tak senonoh yang menimpa kaum perempuan dan anak. Dengan begitu, ada suatu hal besar yang membentuk pribadi-pribadi seseorang mudah melakukan berbagai kerusakan.

Jika kita lihat sejenak, tak bisa dipungkiri bahwa banyaknya tindak kejahatan yang menimpa perempuan dan anak tersebut sedikit banyaknya ada kaitannya dengan persoalan ekonomi. Misal, seseorang ayah yang sedang kesulitan mencari kerja, pusing tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup bisajadi melampiaskan amarahnya kepada istri dan anak disitulah terjadi tindak kekerasan dalam keluarga.

Atau bisa pula seorang wanita yang harus bekerja kemudian menjadi tak optimal menjaga anaknya dari pergaulan bebas dan sebagainya yang semua itu berawal dari tuntutan ekonomi. Hal ini sejalan dengan kapitalisme yang sedang menaungi, berasaskan materi membawa arus kehidupan menjadi materialistic semua-muanya bermuara pada materi atau uang.

belum lagi, adanya sekulerisme. Sebuah paham yang memisahkan agama dari kehidupan. yang melahirkan seseorang hidup dan tumbuh tanpa didampingi aturan dari sang kholiq yakni Allah ta'ala. Alhasil, mereka beraktivitas dengan bebas-menabrak syariat tak peduli halal dan haram. Inilah yang menjadi akar mengapa kerusakan dan kejahatan terus merajalela, termasuk kekeseran pada anak dan perempuan.

 Ditambah lagi aturan dan hukuman yang ada nampak tidak tegas sehingga tak menimbulkan efek jera bagi pelaku. Inilah yang membut kasus kekerasan pada perempuan dan anak terus ada, berbagai regulasi yang dibuat pun nampaknya belum memberi efek besar untuk menekan angka kasus yang bermunculan.

Dengan begitu, melihat kasus yang terus menerus ada tiap tahunnya bahkan tiap bulannya seakan menandakan negara belum mampu menjaga perempuan dan anak dengan optimal. Maka, hal ini tentu tak boleh diremehkan butuh segera diatasi dengan penanganan tepat dan serius, agar kekerasan pada perempuan dan anak atau bentuk kejahatan apapun tidak lagi merajalela di tanah air.

Islam Solusi Hakiki

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline