Lihat ke Halaman Asli

Annisa Putri

Mahasiswa

Kebijakan Pencegahan Stunting di Indonesia melalui Strategi Pemberdayaan Penyuluhan Partisipatif

Diperbarui: 1 April 2024   22:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Indonesia masih memiliki banyak permasalahan kesehatan, terutama dalam hal permasalahan gizi. Salah satu masalah gizi di Indonesia yang masih banyak terjadi dan menjadi fokus pemerintah sampai saat ini adalah stunting. Dilansir dari laman stunting.go.id, Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan asupan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). HPK adalah periode dari janin hingga anak berusia 23 bulan.

Stunting menyebabkan penurunan kecepatan tumbuh kembang anak, ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kognitif anak, berat badan anak yang cenderung tidak bertambah atau menurun. Tanda lain yang sering terlihat adalah anak stunting akan terlihat lebih pendek dibanding anak-anak lain seusianya, namun tidak semua anak pendek itu stunting.

Stunting menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di seluruh dunia, terutama di negara berkembang. Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 yang dipublikasikan oleh Kementrian Kesehatan RI menunjukkan kabar baik, yaitu adanya penurunan pravalensi stunting dari 24,4 persen pada tahun 2021, turun menjadi 21,6 persen pada tahun 2022. Angka pravalensi stunting ini selalu menurun setiap tahunnya sejak 2016 hingga 2022.

Provinsi yang mengalami penurunan stunting paling signifikan adalah Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, dan Sumatera Selatan. Di sisi lain, jumlah anak stunting paling banyak ditemukan di Nusa Tenggara Timur sebesar 35,3 persen pada tahun 2022. Sedangkan Bali menjadi Provinsi dengan anak stunting paling rendah, yaitu sebesar 8,0 persen di tahun yang sama.

Kasus stunting terjadi karena berbagai faktor, seperti kurangnya asupan gizi yang dikonsumsi ibu selama hamil, infeksi berulang yang dialami anak, sanitasi yang buruk, layanan kesehatan yang terbatas, dan kurangnya pengetahuan ibu yang meliputi pencegahan dini stunting dan bagaimana memilih makanan yang bergizi untuk dikonsumsi anak. Maka dari itu, penting untuk memberikan pengetahuan dan program penyuluhan kepada ibu tentang stunting.

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai program untuk mencegah stunting, salah satunya Strategi Nasional Percepatan Penurunan Stunting. Stranas Percepatan Penurunan Stunting ini memiliki 5 pilar utama yaitu peningkatan komitmen dan kepemimpinan, peningkatan komunikasi dan pemberdayaan masyarakat, peningkatan konvergensi intervensi, peningkatan ketahanan pangan dan gizi, dan penguatan sistem, data, dan inovasi. Program percepatan penurunan stunting ini dilakukan oleh kementrian, pemerintah daerah hingga tingkat desa

Strategi pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu pendekatan penting dalam program pencegahan stunting. Pemberdayaan masyarakat berkaitan dengan upaya untuk memungkinkan individu atau kelompok masyarakat untuk dapat memecahkan masalah-masalah sosial yang berkaitan dengan masa depan mereka sehingga mereka dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Salah satu tujuan dari pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan status kesehatan masyarakat secara merata.

Strategi pemberdayaan masyarakat dalam program pencegahan stunting bisa dilakukan dengan penyuluhan partisipatif. Penyuluhan partisipatif merupakan kegiatan yang terencana yang berupaya untuk bisa melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan masyarakat itu sendiri. Penyuluhan partisipatif pada hakikatnya adalah memberikan ruang kepada masyarakat untuk melakukan inisiatif dan partisipasi sosial.

Dalam strategi pemberdayaan penyuluhan partisipatif, masyarakat akan ikut serta secara aktif dalam proses perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Masyarakat dilibatkan dalam perencanaan penyuluhan partisipatif termasuk dalam menentukan topik, metode, dan waktu penyuluhan akan dilakukan. Hal ini guna memastikan penyuluhan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di masyarakat.

Penyuluhan partisipatif menggunakan metode yang berfokus pada partisipasi aktif ibu seperti diskusi, praktek, simulasi, dan lain-lain. Metode ini tentu berbeda dengan metode penyuluhan yang biasa dilakukan secara satu arah seperti ceramah. Pada tahap evaluasi, program penyuluhan dinilai apakah memberikan pengaruh positif di masyarakat sehingga perlu diberikan penyuluhan lanjutan atau tidak.

Beberapa keuntungan program pencegahan stunting melalui strategi pemberdayaan penyuluhan partisipatif adalah:

  • Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program pencegahan stunting
  • Meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya stunting
  • Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu tentang bagaimana mengolah makanan yang bergizi dan bernutrisi untuk balita



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline