Mahasiswa KKN UAD 101 III.D2 mengadakan sosialisasi pemilahan sampah dengan menggunakan metode ember tumpuk yang diselenggarakan di Dusun Glodogan, Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sosialisasi tersebut menghadirkan pemateri yang diisi oleh Prasetyo Ardinata. Peserta dari sosialisasi ini dihadiri oleh masyarakat desa, pemuda desa, dan kelompok ibu-ibu PKK di desa Glodogan.
Adapun tujuan dari sosialisasi ini adalah untuk memberikan wawasan mengenai pengelolaan dan pemanfaatan sampah-sampah botol dan plastik, serta sampah rumah tangga yang dapat dimanfaatkan secara maksimal dengan menggunakan metode ember tumpuk.
Humas KKN UAD 101 III.D2 menerangkan “dengan adanya sosialisasi pemilahan sampah menggunakan ember tumpuk setidaknya membantu warga mengenai bagaimana cara mengolah sampah limbah dapur untuk dijadikan sebagai pupuk cair, karena mayoritas mata pencaharian warga di pedukuhan glodogan berprofesi sebagai petani. Untuk itu dengan adanya kegiatan ini diharapkan setidaknya membantu sedikit mengenai permasalahan sampah yang ada di pedukuhan glodogan.” Ember tumpuk adalah alat pembuat pupuk yang dibuat dengan menyatukan dua ember yang disusun bertingkat. Ember tumpuk digunakan untuk mengolah sampah dengan bantuan larva Hi (Hematia illucens).
Larva Hi atau maggot dapat membantu proses pengomposan aerob dan mempercepat proses penguraian sampah organik di reaktor tumpuk. Reaktor tumpuk juga memungkinkan aliran lindi terpisah dari sampah-sampah, sehingga menghasilkan pupuk cair. Dengan metode ember tumpuk ini, banyak manfaat yang didapatkan, seperti dapat menghilangkan sampah-sampah rumah tangga dengan cepat dan air limbah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
Adapun cara untuk membuat dan mengaplikasikan ember tumpuk adalah sebagai berikut: Pertama, siapkan ember pertama yang telah dilubangi tutupnya dengan menggunakan bor listrik, kemudian rapikan lubang yang telah terbentuk pada bagian atas tersebut menggunakan pisau. Kedua, lubangi pada bagian bawah ember pertama yang nanti akan diberi kran galon pada ember pertama. Ketiga, buat lubang berukuran kecil pada bagian bawah ember kedua untuk aliran air lindi yang terbentuk dan membuat lubang dengan ukuran kecil pada bagian atas ember di dekat bibir ember yang bertujuan sebagai tempat untuk telur larva BS (Black Soldier Fly).
Keempat, tumpuk kedua ember dengan posisi: ember kedua menumpuk di bagian atas ember pertama dimana bagian bawah diletakkan masuk pada tutup ember pertama yang telah dilubangi di bagian tengahnya. Kelima, masukkan limbah dapur seperti sisa makanan, sisa sayuran, kulit buah maupun jeroan ayam ataupun lainnya ke dalam ember, lalu tutup ember.
Selanjutnya, dimasukkan maggot secukupnya agar maggot membantu proses degradasi sampah-sampah organik tersebut. Keenam, bahan-bahan ini didiamkan agar terjadi proses fermentasi selama kurang lebih 2 minggu. Ketujuh, setelah dua minggu akan diperoleh air lindi yang dari degradasi sampah organik oleh maggot. Air lindi dimasukkan ke dalam botol, lalu didiamkan selama kurang lebih 2 minggu hingga warna tidak terlalu pekat (kecoklatan). Air lindi tersebut dapat digunakan sebagai pupuk cair untuk tanaman.
Harapannya, pengolahan sampah dengan metode ember tumpuk ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, terutama ibu rumah tangga agar dapat mengurangi sampah yang menjadi momok di Desa Glodogan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H