Lihat ke Halaman Asli

Annisa Nurul Koesmarini

Do Good, Feel Good

Sosialisasi Rumah Edukasi Anti Narkoba Agar Indonesia Bersih dari Narkoba

Diperbarui: 4 Desember 2019   20:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selasa, 3 Desember kemarin saya diundang oleh Pak Thamrin Dahlan -- teman saya di komunitas blogger yang berkorelasi dengan program Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia dalam acara Forum Diskusi Trending Topik Optimalisasi Rumah Edukasi Anti Narkoba (REAN.ID) dengan tema "Berkarya untuk Indonesia Bersih dari Narkoba". Acara ini dihadiri oleh jurnalis media online, cetak, radio dan televisi, komunitas blogger dan kementerian yang terkait.

Di awali dengan menyanyikan Indonesia Raya, dan pembacaan do'a, dan pembukaan dari Deputi Pencegahan BNN (Bapak Drs. Anjan Pramuka Putra, SH). Beliau awalnya di Deputi Pemberantasan namun kini terlibat aktif di bagian Deputi Pencegahan. Beliau menceritakan kiprah sekilas tim pemberantasan yang berhasil menangkap jaringan narkoba untuk mewujudkan "Indonesia Bebas Narkoba", sebelum akhirnya beliau menerangkan tupoksinya di bagian pencegahan (dengan Direktorat Informasi dan Edukasi dan Direktorat Advokasi di bawahnya), dimana tugasnya adalah seluruh usaha yang ditujukan untuk mengurangi permintaan dan kebutuhan gelap narkoba atau biasa disebut dengan istilah P4GN (Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan Peredaran Gelap Narkoba). Bapak Anjan juga mengundang kita untuk melihat bagaimana mereka bekerja dengan sarana sosmed center (seperti twitter @INFOBNN dan facebook Badan Narkotika Nasional (BNN)) serta sistem pelaporan relawan, semua ada di lantai 3 BNN.

Acara kemudian dibuka oleh moderator Kasubdit Media dan Informasi, Pak Deni Dharmapala. Beliau mengenalkan beberapa narasumber, antara lain, Bapak Drs. Purwo Cahyoko, M.Si (Direktur Informasi dan Edukasi BNN). Yang berkisah bahwa narkoba merupakan masalah. Tidak hanya di Indonesia, tapi juga di luar negeri. Permasalahan di Indonesia saat ini, narkoba 80 % masuk ke Indonesia masuk melalui perairan. Karena Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang no.2 di dunia. Hal itu merupakan tantangan buat Indonesia untuk mencegah masuknya narkoba.

Oleh karena itu, kita membutuhkan bantuan warga masyarakat semuanya untuk mencegah masuknya narkoba. Pak Purwo juga menerangkan sekilas mengenai angka prevalensi pengguna narkoba di tahun 2017 ada di angka 1,7 juta - 3 juta. Untuk angka prevalensi tahun 2018 - khususnya untuk kaum remaja, mengalami pertumbuhan signifikan. Mereka mencoba-coba obat sakit kepala lalu obat sakit batuk yang dicampur-campur dengan alkohol, kemudian ada juga yang dicampur dengan minuman brand cola terkenal.

Pak Purwo menjelaskan beberapa kegiatan yang sudah dijalankan di BNN. Seperti misalnya kegiatan pencegahan (menyebarkan informasi dan edukasi), kegiatan pemberdayaan (memanfaatkan lahan-lahan yang sudah dibakar menjadi lahan produktif, seperti yang dilakukan di Aceh. Petani yang dulunya menanam ganja kini menjadi menanam kopi), kegiatan pemberantasan (menangkap gembong narkoba dan jaringan-jaringan yang ada di Indonesia dan luar negeri, ada juga kegiatan rehabilitasi (yang ditujukan untuk pengguna narkoba yang melaporkan atau dilaporkan keluarganya, direhab dan ditanggung negara). Jikalau ditangkap petugas, mereka menjalani proses pidana sambil direhab. Intervensi ketahanan keluarga dan intervensi ketahanan agama juga diperlukan untuk mengurangi atau mengendalikan angka prevalensi narkoba.

Beliau juga menceritakan mengenai Aplikasi REAN (Rumah Edukasi Anti Narkoba), yang menyasar kalangan remaja, menampung hasil karya remaja, dan interaksi terkait sarana informasi dan edukasi mengenai bahaya narkoba dan dampaknya. Rumah edukasi bukan rumah fisik seperti museum, tapi platform konten dan literasi hasil produksi anak remaja milenial, merupakan bagian dari tahapan program prioritas BNN untuk merumuskan model pendidikan narkoba di kalangan remaja. Kemarin BNN juga menggelar exhibition di kota Bandung dan Malang, dua kota yang banyak perwakilan komunitas anak mudanya. Bandung creativity hub dan Malang creativity hub.

Di akhir paparannya, Pak Purwo mengutip kutipan terkenal dari Presiden Soekarno, "Berikan 10 pemuda. Maka saya bisa mengguncang dunia". Namun, di akhir statement, beliau memberikan suatu kata penutup yang bagus menurut saya dan tentunya membuat kita berpikir sejenak, "Kalau pemudanya pecandu narkoba, apa bisa mengguncangkan dunia?"

Narasumber kedua yang diperkenalkan oleh moderator adalah Ibu Yova Ruldeviyani, S.Kom. Beliau juga bekerja sebagai assesor penjamin mutu Indonesia dan aktif sebagai dosen di fakultas komputer Universitas Indonesia. Beliau mensosialisasikan aplikasi Rean.id yang merupakan media informasi, edukasi, sumber informasi yang dikemas dalam bentuk inovasi dengan tujuan sebagai jejaring belajar, berbagi cerita dan inspirasi dalam mengekspresikan karya, menggali potensi dan membangun kepercayaan diri guna memperkuat citra remaja yang gemar mencoba hal baru. Yang mana informasi dan edukasi ini difokuskan dalam pembuatan konten yang berliterasi di bidang pencegahan narkoba. Konten yang bisa kita unggah adalah tulisan, video, audio, visual, lainnya (musik).

Kemudian dilanjutkan oleh Bapak Leonardi Anil, yang kini aktif sebagai Head of Creative and Business Development Mata Indonesia. Beliau memaparkan tips untuk menciptakan konten positif. Dimulai dari menjadi positive story teller dengan memperbanyak asupan positif dari buku, video, dan komunitas. Lalu memberikan cuitan positif, memberikan nilai tambah yang positif serta rasa yang positif (Kesenangan. Minat. Percaya. Partisipasi) dalam setiap postingan kita. Untuk membuat konten positif, kita perlu kualitas yang oke, catchy (buat hal yang menarik yang masih mengutamakan tampilan, pemilihan warna, komposisi), dekat dengan keseharian, bikin penasaran (ada element of surprise), dan durasi singkat.

Beliau juga membagi tips agar konten yang dibuat bisa menjadi trending topic. Yakni message yang kita buat menarik, kolektif (adanya penyebaran berbagai macam pesan dalam suatu frekuensi yang bersifat massif di suatu waktu), hashtag (menarik dan singkat), kompak, frekuensi (jumlah follower akun yang aktif bersamaan mengakibatkan adanya penyebaran dan aksi reaksi),

Lokasi, zona waktu (jangan bersamaan dengan pengguna aktif di negara lain seperti Amerika dan Cina, kecuali topik yang dibahas daling berhubungan).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline