Mendengar kata buku, pasti yang terbayang kemudian adalah kata kerja membaca. Bagi sebagian orang, membaca buku adalah sebuah momok yang dihindari. Mereka lebih suka main games yang lebih berwarna, lebih interaktif, dan gambarnya lebih dinamis karena bisa bergerak dan bersuara. Daripada membaca buku yang pada umumnya berlatar putih kertas, banyak tulisan atau rangkaian kata-kata, dan lebih statis bila dibandingkan games. Bahkan ketika ujian pada test-test, bagian reading comprehension yang mengharuskan membaca seringkali membuat orang malas dan akibatnya nilai test-nya jelek deh. he he he.
Padahal jika kita telusuri makna membaca lebih dalam, hal itu merupakan perintah yang pertama kali Tuhan (Allah SWT.) perintahkan melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. dalam surat Al-Alaq yang berkata Iqro! Yang berarti bacalah. Membaca dalam konteks ini tentunya tidak hanya bermakna sempit, sekedar membaca kitab suci atau buku (kumpulan tulisan) saja, namun juga meliputi makna yang lebih luas yakni membaca tanda-tanda alam dan fakta-fakta penciptaan yang ada di alam semesta ini sehingga semakin membuat kita lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Membaca buat saya ibarat menemukan harta karun dan menuliskannya ibarat menjaga harta karun itu tetap abadi. Membaca buat saya ibarat menemukan time machine (mesin waktu) dan dengan alat itu saya bisa melakukan time traveller (perjalanan melintasi ruang dan waktu, melewati berbagai tempat dan zaman yang berbeda, membuat saya merasakan berada di dalamnya, karena merangsang daya imajinasi saya sehingga bebas berekspresi dan bebas mengartikan sebuah makna dari goresan tinta yang kita kenal dengan tulisan kata-kata). Bagi saya, berada di tumpukan buku seakan-akan seperti berada di tengah keriuhan pesta. Sebuah mainan yang bukan main serunya, yang bisa membuat saya duduk berjam-jam dan terlena dengan sihir kata-katanya dan membuat liar imajinasi saya. Tidak ada mainan lain yang bisa menyamai keseruan sebuah buku.
Setelah membaca dan menemukan harta karun, sebaiknya kita menuliskannya (baik dalam bentuk review bukunya, opini tentang isi buku tersebut, maupun makna apa yang bisa Anda tangkap dari buku tersebut). Syukur-syukur kalau tulisan Anda mampu memberikan wawasan dan menginspirasi orang banyak sehingga nanti di akhirat timbangan amal Anda bisa bertambah karena amal jariyah yang telah Anda lakukan (memberikan ilmu yang bermanfaat). Saya juga pernah mendengar sebuah ungkapan, ada tiga (3) hal yang bisa membuat namamu disebut dan pantas dikenang. Apa sajakah 3 hal itu? Yang pertama, milikilah anak, karena namamu sebagai orangtuanya pasti disebut (Fulan bin Fulan). Yang kedua, tanamlah pohon, karena pohon biasanya bisa berumur lebih panjang daripada umur seorang manusia, sehingga manfaatnya bisa dirasakan terus oleh orang banyak walaupun kita telah tiada. Yang ketiga, tulislah buku. Mengapa buku? Karena dengan menulis sebuah buku, ide pikiranmu akan terus abadi dikenang sepanjang masa, namamu pasti disebut dalam sejarah, bahkan melampaui umur fisikmu hidup yang paling hebat hanya mencapai puluhan tahun atau 120 tahun-an saja.
Dengan ketiga hal itu, kamu telah meninggalkan warisan berharga yang pantas membuat namamu disebut dan dikenang. Sebut saja contohnya seperti Ibu R.A. Kartini dengan kumpulan curhatannya melalui surat kepada sahabatnya yang dijadikan buku ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’ yang mampu menginspirasi wanita pada zamannya bahkan hingga kini agar bisa mendapatkan hak-haknya sama dengan kaum pria, tanpa sedikitpun berniat untuk menanggalkan kodrat alami yang melekat sebagai seorang wanita. Kemudian penulis senior kita yang terkenal sangat produktif dan fenomenal dalam sejarah sastra Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, dikenal dengan tetralogi Pulau Buru-nya ‘Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Rumah Kaca’. Beliau sangat diakui karya-karyanya, bahkan buku-bukunya telah diterjemahkan kedalam lebih dari 41 bahasa asing.
Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama bangun kebiasaan baik membaca buku dan tulisan-tulisan dalam bentuk apa pun yang bermanfaat, bersenang-senang dengan menuliskannya kembali (dalam bentuk apapun, bisa puisi, bisa essay, bisa cerpen, bisa cerber, bisa novel, bisa artikel, bisa diary, bisa menulis di blog, dan bentuk lainnya yang kita sukai) dalam bentuk yang sesuai dengan gaya kita, dan membuat sejarah yang membuat nama kita layak untuk dikenang. Read a book, making fun, making history.
*)Tulisan ini akan disertakan dalam lomba blog Competition dan Nangkring IIBF 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H