Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik berfokus pada penyelesaian perilaku dengan cepat melalui prinsip dasar, rasio kognitif, pemahaman yang cepat, dan fokus pada rasio kognitif atau perilaku positif. Menurut Thorndike (1911), Teori Belajar Behavioristik mencakup korelasi antara stimulus (contohnya pikiran, perasaan, atau gerakan) yang menyebabkan respons (juga berupa pikiran, perasaan, dan gerakan). Dalam teori ini behaviorisme, segala tingkah laku manusia menjadi suatu perilaku berbahasa yang menjadi manifestasi stimulus dan respon yang dilakukan terus-menerus menjadi suatu kebiasaan. Berdasarkan teori ini, pembelajaran bahasa dilakukan dengan mendahulukan pengenalan keterampilan mendengar dan berbicara daripada keterampilan lainnya, pemberian latihan-latihan dan penggunaan bahasa secara aktif dan terus menerus, penciptaan lingkungan berbahasa yang kondusif, penggunaan media pembelajaran yang memungkinkan siswa mendengar dan berinteraksi dengan penutur asli, pembiasaan motivasi sehingga berbahasa asing menjadi sebuah perilaku kebiasaan.
Teori Belajar Humanistik
Secara umum, teori belajar humanistik didefinisikan sebagai usaha fisik dan spiritual untuk mengoptimalkan pertumbuhan individu. Sedangkan pembelajaran diartikan sebagai usaha mendapatkan pengetahuan dan membentuk kepribadian secara komprehensif. Pertumbuhan fisik tidak berhubungan dengan perkembangan tingkah laku. Perkembangan hanya terjadi karena proses pembelajaran, yang melibatkan perubahan kebiasaan, berbagai kemampuan dalam hal pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Humanisme meyakini peserta didik adalah fokus utama pembelajaran dan peran pendidik hanya sebagai penyedia bantuan. Sikap dan pengetahuan diperlukan untuk mencapai tujuan pengaktualisasian diri dalam lingkungan yang mendukung. Pada dasarnya manusia memiliki keistimewaan dengan potensi dan motivasi untuk mengembangkan diri dan perilaku mereka sendiri, sehingga setiap individu bebas untuk mengembangkan diri dan melakukan aktualisasi.
Konsep Kematangan
Istilah "kematangan", yang disebut maturation dalam bahasa Inggris, sering berlawanan dengan immaturation, yang berarti tidak matang. Seperti pertumbuhan, kematangan juga didefinisikan dalam konteks biologi, yang menunjuk pada tahap keranuman atau kemasakan. Lalu istilah tersebut digunakan dalam pengembangan individu karena ada beberapa kesesuain yang ditemukan. Davidoff dalam kutipan Shilphy A.Octavia, menjelaskan bahwa kematangan (maturation) merujuk pada pola perilaku tertentu yang terkait dengan perkembangan fisik dan kesiapan sistem saraf. Proses kematangan ini juga dipengaruhi secara signifikan oleh faktor genetik, karena pada saat terjadinya pembuahan, gen telah menentukan kemungkinan kemungkinan spesifik untuk perkembangan organisme tersebut di masa depan. Banyak dari potensi tersebut yang sudah ada sejak lahir, dan ini terbukti dari perkembangan makhluk itu yang berlangsung secara bertahap di masa depan.
Kematangan sebenarnya merupakan suatu potensi bawaan individu sejak lahir, muncul dan menyatu dengan karakternya serta ikut mengatur pola perkembangan perilaku individu. Walaupun demikian, kematangan tidaklah dianggap sebagai faktor keturunan atau bawaan karena kematangan ini adalah suatu ciri spesifik yang biasa dimiliki oleh setiap orang dalam bentuk dan waktu yang berbeda. Kematangan awalnya merupakan suatu hasil dari perubahan dan penyesuain struktur pada individu, termasuk kematangan biologis tubuh, yaitu saraf dan kelenjar. Kematangan juga terjadi pada aspek-aspek psikis yang mencakup pikiran, perasaan, keinginan, serta kematangan pada aspek psikis ini memerlukan latihan-latihan tertentu.
Aspek-aspek Kematangan
Kematangan belajar terdiri dari beberapa aspek seperti berikut ini.
A. Sosial