Lihat ke Halaman Asli

Annisa Nurlaili

Mahasiswa S-1 Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga

Awas Hoaks! Aturan 5 Menit Makanan Jatuh Ternyata Berbahaya

Diperbarui: 24 November 2024   22:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: kaltim.tribunnews.com

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar ungkapan "belum lima menit" ketika makanan jatuh ke lantai. Masyarakat percaya dengan ungkapan tersebut dan menamainya aturan 5 menit. Aturan ini seolah menjadi pembenaran untuk tetap mengonsumsi makanan yang telah jatuh ke lantai tadi. Namun, dari sudut pandang kesehatan, apakah aturan ini valid? Atau jangan-jangan, aturan tersebut termasuk dalam hoaks kesehatan?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hoaks atau hoax adalah berita bohong atau palsu. Salah satu hoaks kesehatan yang terdengar familiar di masyarakat adalah makan makanan yang telah jatuh aman untuk dikonsumsi selama belum 5 menit. Aturan tersebut membuat masyarakat berpikir bahwa bakteri tidak akan mengontaminasi makanan yang jatuh sebelum 5 menit. Menurut penelitian dalam Journal of Applied Microbiology, bakteri bisa menempel pada makanan yang terjatuh ke lantai hanya dalam waktu kurang dari 5 detik bahkan meskipun langsung diambil kembali. Pada permukaan  yang  halus,  jumlah  bakteri  dalam  makanan  dapat  bertambah  hingga  10 kali  lipat  setelah  3-30  detik  tergeletak  di  lantai.  Semakin  lama  makanan  berada  di lantai, semakin banyak juga bakteri yang ada di makanan tersebut. Meskipun lantai tempat terjatuhnya makanan terlihat bersih tanpa noda, tetap saja memiliki risiko kontaminasi bakteri pada makanan.

Makanan yang dikonsumsi dapat berbahaya bagi kesehatan apabila terjadi kontaminasi. Gangguan yang terjadi di dalam tubuh yang jatuh sakit sangat mungkin diakibatkan oleh makanan. Bakteri yang sering mengontaminasi makanan adalah Salmonella dan E.coli. Bakteri-bakteri tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti mual, sakit perut, kram perut, muntah, demam, hilang nafsu makan, diare dan sakit kepala. Mungkin para masyarakat yang telah makan makanan yang jatuh merasa tidak pernah merasakan gejala tersebut sehingga mereka anggap aman-aman saja. Bagi orang dewasa atau orang yang memiliki sistem imun yang baik, hal tersebut bisa saja terjadi. Sistem kekebalan tubuh mereka yang baik mencegah terjadinya penyakit-penyakit tersebut. Namun, lain halnya dengan anak-anak atau lansia yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah. Mereka akan mudah terkontaminasi bakteri dari makan makanan yang telah jatuh.

Ada beberapa faktor yang bisa membantu menentukan kondisi makanan seperti kebersihan permukaan, jenis makanan, dan lingkungan. Menurut penelitian, makanan yang jatuh ke karpet terkontaminasi bakteri lebih sedikit dibandingkan di lantai ubin atau kayu. Kondisi lantai yang basah juga bisa berbahaya karena bakteri hidup di tempat yang lembab. Makanan yang lembab, berair,dan lengket lebih mudah menyerap bakteri dibanding makanan kering. Jika makanan jatuh di tempat kotor, maka segera buang makanan tersebut.

Aturan memakan makanan yang jatuh sebelum 5 menit faktanya tidak aman dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Untuk seseorang yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah seperti anak-anak dan lansia jangan mengikuti aturan 5 menit tersebut. Jika  makanan  jatuh , sebaiknya jangan dimakan kembali untuk mencegah timbulnya masalah kesehatan. Perlu untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan pribadi.

Referensi:

Aqila, Z. e. (2024). ANALISIS PENGARUH HADIST NABI MENGENAI MENGAMBIL MAKANAN YANG JATUH SEBELUM 5 DETIK MENURUT PANDANGAN KESEHATAN. Jurnal Pengabdian Kompetitif,  3(1), pp. 23-28.

Pratiwi, R. (2024, Agustus 19). Makanan yang Jatuh "Belum 5 Menit", Benarkah Aman Dimakan? Diambil kembali dari Hello Sehat: https://hellosehat.com/hidup-sehat/kebersihan-diri/makanan-jatuh-belum-lima-menit-aman-dikonsumsi/

Suripto & Alfani, C. (2022). Identification of Pathogenic Bacteria in Traditional Packaged Donuts at Ampenan Market Using Xylose Lysine Deoxychoalate (XLD) Media. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 5(2), pp. 313-319.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline