Lihat ke Halaman Asli

Bersabar di Tengah Kemajuan Zaman

Diperbarui: 27 Mei 2022   11:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sabar merupakan sebuah kata yang sudah tidak asing lagi terdengar di tengah masyarakat. Seringkali kata sabar terucap disebabkan karena beberapa hal terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Tak jarang manusia mengucapkan kata sabar ketika tertimpa berbagai masalah di dalam hidupnya. 

Kata sabar juga sering terlontar ketika melihat manusia lain tertimpa musibah, misalnya ditinggalkan oleh orang terkasih menuju ke tempat peristirahatan terakhir, maka kata sabar sering terucap dalam rangka memberikan dukungan moril kepada orang yang sedang berduka sebab Allah Subhanu wa ta’ala memang memerintahkan manusia untuk bersabar karena dalam kehidupan di dunia yang fana ini manusia pada faktanya tidak akan pernah luput dari ujian dan cobaan yang semata-mata untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Subhanu wa ta’ala. Sebagaimana firman Allah

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ

“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah ayat 155).

Ash-Shabr (sabar) secara bahasa artinya al-habsu (menahan). Sedangkan secara syari’at sabar adalah menahan diri atas tiga perkara: yang pertama: (sabar) dalam menaati Allah, yang kedua: (sabar) dari hal-hal yang Allah haramkan , dan yang ketiga: (sabar) terhadap takdir Allah yang tidak menyenangkan.  

Salah satu bentuk sabar adalah sabar untuk taat kepada Allah Subhanu wa ta’ala. Hendaknya manusia sabar dalam taat kepada Allah, karena sabar pada dasarnya adalah kata yang mudah untuk diucapkan namun sulit dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.  Misalnya di era globalisasi yang sarat akan kemajuan ini tentunya secara tak langsung membuat manusia cenderung terikat akan sifat konsumtifnya. 

Tak bisa dipungkiri betapa banyak manusia bekerja sangat keras dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya bahkan hal tersebut membuat manusia lupa bahwa segala harta yang didapatkan adalah haruslah harta yang halal, harta yang tidak mengundang mudharat baik jangka pendek maupun jangka panjang serta harta yang senantiasa di ridhoi Allah Subhanu wa ta’ala.  

Melaksanakan ketaatan memang butuh kesabaran, sebab pada umumnya rasa malas atau yang dalam bahasa muda-mudi sekarang disebut dengan istilah “mager” cenderung lebih condong menguasai sehingga tak jarang ditemui dalam kehidupan sehari-hari manusia-manusia yang lalai akan sholatnya. Allah Subhanu wa ta’ala berfirman:

وَأْمُرْ اَهْلَكَ بِالصَّلٰوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَاۗ  لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًاۗ نَحْنُ نَرْزُقُكَۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوٰى

Artinya: “Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.” (Qs. Thaha: 132)

Kemudian sabar yang kedua adalah sabar dari hal-hal yang Allah haramkan. Banyak manusia terjebak dalam kubangan dosa dan kemaksiatan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline