Lihat ke Halaman Asli

Annisa Mega Trimardhika

Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan

Edukasi Seks pada Remaja

Diperbarui: 7 Januari 2022   16:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada masa sekarang ini, pendidikan mengenai seks masih menjadi suatu hal yang tabu, hal ini tentunya terjadi ketika kita membicarakan mengenai pendidikan seks terutama pada kalangan remaja, tetapi banyak dari mereka yang merasa malu ketika harus membicarakan topik tersebut bahkan mereka yang berpikir bahwa topik tersebut bukan merupakan suatu hal yang harus diperbincangkan. Dalam kehidupan sehari-hari, seks memiliki artian jenis kelamin. Pengertian seks hanya mengacu pada aktivitas biologis yang berhubungan dengan alat kelamin. Lalu bagaimana dengan pendidikan seks? Menurut sebuah tulisan mengenai Pentingnya "Sex Education" bagi remaja karya Diana Septi Purnama, pendidikan seks merupakan suatu pengetahuan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin. Dalam hal ini tentunya mencakup pertumbuhan jenis kelamin, fungsi reproduksi, perkembangan alat kelamin, menstruasi, mimpi basah, hingga masalah perkawinan dan kehamilan.

Menurut WHO, remaja memiliki pengertian peralihan dari masa anak-anak untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja sendiri berlangsung antara umur 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang ingin tahu terhadap segala hal, melakukan suatu tantangan yang berat tanpa memikirkan dan mempertimbangkan yang matang termasuk masalah seksual. Apalagi dengan pesatnya perkembangan teknologi yang terjadi pada masa sekarang ini, sangat mempermudah mereka dalam mengakses segala hal yang ada di internet termasuk mengenai pornografi. Menurut survei yang dilakukan oleh KPAI, sebanyak 32% remaja usia 14-18 tahun di Indonesia pernah melakukan hubungan seks. Dan dari survei yang lainnya pun menyebutkan bahwa 62,7% remaja telah kehilangan keperawanan saat masih duduk di bangku SMP, bahkan beberapa diantaranya pernah melakukan aborsi. Kondisi tersebut tentunya sangat memprihatinkan bagi kita sendiri sebagai masyarakat Indonesia.

Kurangnya peran orang tua dalam mengawasi anaknya pada saat menggunakan internet merupakan salah satu faktor negatif yang dapat mempengaruhi remaja untuk berbuat seks bebas. Hal tersebut tentunya sangat disayangkan, padahal peran orang tua sebagai pengawas dinilai sangat penting bagi anak, karena kini banyak sekali hal-hal berbau pornografi yang dapat dengan mudah diakses di media massa.

Padahal pendidikan seks pada masa kanak-kanak hingga remaja sangat lah penting. Dengan adanya pendidikan seks anak-anak dapat memahami apa saja dampak seksual di kehidupan, pendidikan seks juga mengajarkan mengenai perkembangan alat kelamin dan perubahan fisik pada laki-laki dan wanita, proses menstr uasi dan mimpi basah yang dialami oleh laki-laki. Selain itu pendidikan seks pun memberikan banyak sekali informasi mengenai seksual yang jelas di masa remaja, mencegah pergaulan seks bebas, mencegah pelecehan seksual dan kekerasan dan menghindari pernikahan dini. Namun apabila pendidikan seks ini disalah artikan, maka akan menimbulkan dampak negatif seperti anak-anak tidak mau bertanggung jawab apa yang sudah dilakukan, melakukan aborsi dan pergaulan bebas.

Permasalahan yang timbul akibat kurangnya pendidikan seks pada anak-anak hingga remaja beberapa diantaranya adalah terjadinya pelecehan seksual dan kekerasan seksual. Pelecehan seksual merupakan tindakan seksual fisik maupun non-fisik yang dilakukan tanpa persetujuan satu sama lain yang menyasar tubuh, seksualitas, identitas dan ekspresi gender seseorang sehingga mengakibatkan perasaan yang tidak nyaman, terhina, direndahkan martabatnya dan dipermalukan dan mungkin sampai menyebabkan kesehatan mental seseorang terganggu. Sedangkan Kekerasan seksual adalah semua tindakan seksual secara fisik, dapat berupa percobaan tindakan seksual, ajakan dan ancaman tindakan seksual termasuk merendahkan, menghina, menyerang dan perbuatan lainnya, terhadap tubuh, seksualitas, identitas gender, atau ekspresi gender seseorang, yang dilakukan secara paksa yang bertentangan dengan kehendak pelaku.

Kekerasan seksual dan pelecehan seksual tidak hanya terjadi pada perempuan saja, namun laki-laki pun dapat mengalami hal yang serupa. Tindakan kekerasan seksual tidak dapat dipilih siapa saja menjadi korbannya, tetapi pelaku dapat melakukan apapun yang ingin ia sakiti baik tubuh, seksualitas, identitas gender dan ekspresi gender seseorang.

Maraknya pelecehan dan kekerasan seksual, peran orang tua sangatlah berpengaruh terhadap perilaku sang anak. Dengan demikian berikut merupakan beberapa cara yang harus dilakukan orang tua dalam mengajarkan seks pada anak :

1. Luangkan waktu untuk membuat komunikasi atau diskusi tentang seks pada anak.

2. Sikap terbuka, informatif, dan yakin dan jangan ragu-ragu.

3. Siapkan materi dan penyampaian bahasa yang mudah dipahami oleh sang anak.

4. Gunakan media atau alat bantu konkret.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline