Lihat ke Halaman Asli

Upaya Efektif Pencegahan dan Penanganan dalam Melayan Penyakit Mpox

Diperbarui: 2 Oktober 2024   23:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Penyakit mpox, atau lebih dikenal sebagai cacar monyet, adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus monkeypox. Penyakit ini merupakan jenis zoonosis, yaitu penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia, meskipun juga dapat menyebar dari manusia ke manusia. Virus ini pertama kali ditemukan pada monyet pada tahun 1958 dan kasus manusia pertama dilaporkan pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo. 

Penyakit ini ditandai dengan gejala yang serupa dengan cacar air, tetapi dengan intensitas yang lebih ringan. Gejala awal biasanya dimulai dengan demam, diikuti oleh ruam kulit yang berkembang melalui beberapa tahap, mulai dari bintik merah, papula, vesikula, pustula, dan akhirnya mengering dan mengelupas. 

Penularan virus dapat terjadi melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi, terutama melalui lesi kulit, cairan tubuh, atau droplet pernapasan. Selain itu, virus juga dapat menyebar melalui benda-benda yang terkontaminasi dan kontak dengan hewan liar yang terinfeksi.

Pencegahan penyakit mpox melibatkan berbagai strategi yang dirancang untuk mengurangi risiko penularan dan dampak infeksi. Pertama, melakukan vaksinasi. Di Indonesia, vaksin mpox yang digunakan adalah Modified Vaccinia Ankara-Bavarian Nordic (MVA-BN), yang telah disetujui oleh WHO dan BPOM untuk digunakan dalam situasi darurat kesehatan. 

Penelitian menunjukkan bahwa vaksin MVA-BN dapat mengurangi kemungkinan terjadinya penyakit mpox sebesar 62% hingga 85% pada individu yang divaksinasi, serta memberikan perlindungan tambahan bagi mereka yang telah terpapar virus. 

Kedua, isolasi dan pelacakan kontak. Isolasi pasien yang terinfeksi dan pelacakan kontak erat merupakan langkah penting dalam mencegah penyebaran lebih lanjut. Pengawasan ketat terhadap kasus-kasus baru dan pelaporan segera kepada otoritas kesehatan juga diperlukan untuk mengendalikan wabah. Ketiga, edukasi masyarakat. 

Peningkatan kesadaran masyarakat tentang cara penularan mpox dan gejala-gejalanya sangat penting. Edukasi ini mencakup informasi mengenai pentingnya vaksinasi, cara menjaga kebersihan, dan tindakan pencegahan lainnya untuk mengurangi risiko infeksi.

Upaya penanganan penyakit mpox melibatkan beberapa langkah yang sistematis untuk mengurangi gejala, mencegah komplikasi, dan mengurangi risiko penularan. Pertama, pengobatan dengan obat simptomatik. Pengobatan untuk seseorang yang terinfeksi mpox difokuskan untuk meredakan gejala yang dialami. 

Kedua, penggunaan antivirus. Antivirus yang dikembangkan dan disetujui oleh WHO untuk penanganan mpox adalah tecovirimat, cidofovir, dan brincidofovir. Pemberian antivirus dilakukan setelah pasien berkonsultasi dengan dokter atau tenaga kesehatan, mempertimbangkan kondisi pasien dan gejala yang dialami. 

Ketiga, terapi suportif. Tujuan dari terapi suportif adalah untuk mempercepat penyembuhan lesi, mencegah demam, mengurangi kehilangan cairan, mengurangi nyeri, dan mencegah timbulnya jaringan parut. Terapi suportif mencakup pemberian cairan yang cukup dan seimbang, pemberian oksigen tambahan, serta penanganan superinfeksi bakteri pada lesi kulit bila terdapat indikasi. Keempat, isolasi. Pasien harus diisolasi untuk mencegah penyebaran virus kepada orang lain. 

Kelima, penggunaan obat topikal. Penggunaan obat topikal seperti krim mupirosin dapat diberikan untuk lesi kulit yang erosif atau luka lecet. Sedangkan pada lesi-lesi yang berkrusta, kompres cairan NaCl fisiologis dapat diberikan sehari sekali. Penggunaan pelembab juga dapat diberikan untuk menjaga kulit tetap kering dan terbuka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline