Lihat ke Halaman Asli

Jalan Tak Ada Ujung

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hari ini semua tampak biasa - biasa saja, jalanan masa itu mendesah ringan, mendesakku mengikuti alunan kisah yang tak ada ujungnya, kilau coklat itu membuat tirai ini mengatup lembut lalu terkejut dihampiri si raksasa bertubuh besar, terperanjat gelegar suara itu hingga menunggu jarum ini kian berputar lambat, serasa sangat lambat. Jalanan itu bagiku tak ada ujungnya, garis - garis liku membuatku semakin memutar ingatan masa lalu, garis liku itu saksi adanya aku dan kamu, garis liku itu semakin membuat harapan ini semakin jauh, garis liku itu membungkam tawa indahku bahkan berhasil mengisi memori ini dengan sosok abstrak itu.

Teriakan dan tangisan menyerbu otakku yang kalut, diam, tak berkutik. Bersembunyi di balik huru - haranya kota ini memang tak mudah, menghanyutkan beberapa lembar kisah itu memang sulit, menanam benih indah tak terdefinisi saat ini. Di sepanjang jalan itu, sebuah kotak berharga, setelan kemeja kotak - kotak beralaskan sendal jepit, dan bola mata indah itu kembali hadir tepat di wajahku, berharap menemukan sosok hitam itu, pemilik aslinya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline