Diera serba digital seperti sekarang semua bisa diakses dalam gengaman saja, semua bisa menjadi seakan mudah sekali berbeda dengan zaman dahulu yang belum semassive sekarang dalam penggunaan gadget, dulu berbelanja harus ke toko terdekat untuk membeli kebutuhan sehari-hari tapi sekarang bisa dimudahkan dengan gadget melalui aplikasi, hal ini seakan menjadi semakin populer di kalangan masyarakat karena dianggap sangat memudahkan dalam prosesnya yang terbilang cepat dam efisien waktu,misalnya kita membeli barang sambil menunggu barang datang kitab isa melakukan aktivitas lain seperti mengerjakan tugas,membereskan rumah atau kegiatan lainnya. Online shop merupakan sarana atau toko untuk menawarkan barang dan jasa lewat internet sehingga pengunjung online shop dapat melihat barang-barang di toko online (Loekamto, 2012).
Belanja pada situs online menjadi hal yang sangat sering di jangkau oleh hampir semua kalangan, apalagi ditambahnya situasi seperti sekarang yang mengharuskan kita berada dirumah terus menerus karena anjuran dari pemerintah di masa pandemi ini, banyak dijumpai para kurir mengantar barang-barang atau ojek online yang mengantar pesanan makanan dari para pengguna aplikasi, banyaknya promo yang dikeluarkan oleh aplikasi seperi Shoope,Tokopedia,Gojek dan yang lainnya membuat magnet yang kuat bagi masyarakat untuk terus menerus mengakses aplikasi tersebut,"saya setiap minggu bisa top-up hanya untuk membeli makanan di salah satu aplikasi pemesanan makanan karena hemat"ujar salah satu pelanggan belanja online.Dari pengakuan tersebut memang benar adanya jika belanja online ini sudah mengakar luas ke masyarakat, hal ini tidak bisa dicap sebagai budaya populer yang salah karena dalam perkembangan teknologi hal-hal seperti ini akan wajar terjadi kedepannya.
Dampak apa yang ditimbulkan dari budaya populer ini,suatu perubahan dalam modernisasi ini pasti memiliki dampak negative maupun positif, tapi seringnya orang memandang dari segi positifnya saja karena orang bisa merasakan dengan cepat efek positif dalam modernisasi ini seperti efisien waktu yang paling utama,"waktu adalah uang" kata-kata itu sangatlah terasa dengan modernisasi digital yang serba online ini,padatnya kegiatan di perkotaan membuat orang lebih memilih menggunakan jasa orang lain ketimbang harus bergerak sendiri untuk melakukan sesuatu,banyaknya kebutuhan yang harus terpenuhi juga bisa menjadi tuntutan dalam kegiatan budaya baru ini,dulu orang pagi-pagi lebih senang untuk berbelanja dipasar dan bercengkrama dengan orang pasar menambah teman baru namun sekarang orang lebih memilih duduk dirumah dan menunggu barang mereka sampai,hal ini tidak bisa dikatakan sepenuhnya salah tapi lama kelamaan akan mengikis budaya lama kita yang identik dengan bersosialisasi,adanya budaya baru belanja online ini bisa menjauhkan orang terdekat kita.Penggunaan belanja online yang terlalu keseringan akan membuat kita semakin konsumtif dalam berbelanja jika tidak diikuti dengan tata Kelola keuangan yang baik,mudahnya akses untuk membeli barang dengan sekali sentuhan jari saja sudah bisa memesan barang yang kita inginkan,kecanduan belanja online bisa sangat menganggu tidak hanya finansial namun juga mental pengguna gadget,kenapa bisa dikatakan begitu,dengan kita sering berbelanja online ini kita akan terpacu untuk segera mendapatkan apa yang kita inginkan dengan cepat,diposisi seperti itu jika finansial kita tidak memadai nantinya orang akan merasa stress karena kebutuhannya yang sudah menjadi candu tidak terpenuhi,kita sebagai masyarakat di era globalisasi ini harus selalu bijak dalam budaya-budaya baru.
Jika mengacu pada Good Stats dari Good News From Indonesia, pengguna e-commerce di Indonesia hingga 2020 lalu mencapai 277.947.466 pengguna. Diperkirakan bahwa Indonesia saat ini mengalami peningkatan sekitar 70 persen sampai di tahun 2021. Menurut laporan Apps Flyer, angka unduh aplikasi di kategori belanja saat ini meningkat tajam selama periode Januari 2020 hingga Juli 2021. (dikutip dari antaranews)
Hal itu memang menjadi bukti bagaimana padatnya penggunaan aplikasi belanja online dimasa pandemi ini,lalu bagaimana cara menjaga diri kita untuk tidak menjadi konsumtif,jika kita terlalu memprioritaskan gadget kita cobalah atur prioritas antara kebutuhan dan keinginan saat kamu mengingunkan sesuatu secara tidak sadar,kamu juga akan berpikir membutuhkannya lama kelamaan,kamu tidak akan mampu membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan,inilah yang berbahaya maka dari itu atur prioritas untuk mengurangi kebiasaan konsumtif saat belanja online.lalu berhati hati dengan tawaran"diskon special"event- event seperti harbolnas atau yang memberikan diskon yang tidak masuk akal membuat orang tertarik untuk ikut meramaikannya,secara tidak sadar hal tersebut akan membawa kamu pada perilaku konsumtif. Sebab, kamu menganggap bahwa dengan adanya diskon tersebut, kamu bisa lebih menghemat biaya pengeluaran. Namun, apa jadinya kalau semua produk yang kamu beli secara online karena "diskon spesial" itu bukan merupakan produk-produk yang kamu butuhkan? Bukannya itu termasuk pemborosan?Maka, berhati-hatilah dengan tawaran semacam ini.Kurangin membuka dan mulai mengurangi aplikasi belanja online di ponsel bisa meminimalisir terjadinya sifat konsumtif,cara ini bisa dibilang cara terakhir untuk mengatasi konsumtif dalam belanja online karena dengan menahan diri dan menghapus aplikasi otomatis tidak akan bisa mengakses aplikasi belanja online, Sebenarnya tidak ada yang melarang kamu untuk bersikap konsumtif. Namun, alangkah lebih baiknya bila kamu mengurangi kebiasaan buruk ini.
Solusi lainnya, kamu bisa sisihkan sebagian pendapatan kamu untuk melakukan investasi. Ada beragam produk investasi yang bisa kamu pilih, mulai dari Reksa Dana, Saham, Forex, hingga Emas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H