Lihat ke Halaman Asli

Praktik Vertikultur di Desa Cisangu, Solusi Bercocok Tanam yang Minim Lahan

Diperbarui: 14 Agustus 2022   01:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto peserta bersama instalasi vertikultur/Nanda Nadya

Lebak -- Vertikultur adalah cara bertanam dengan menempatkan media tanam secara bersusun, baik secara vertikal maupun horizontal. Teknik tanam ini merupakan cara inovatif untuk menghemat lahan pertanian jika dibandingkan dengan teknik bertanam secara konvensional di atas tanah secara langsung.

Inovasi bercocok tanam modern inilah yang akhirnya diterapkan oleh KKN GAMA 169 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk diterapkan di Desa Cisangu, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak. Alasan dipilihnya vertikultur sebagai program kerja karena desa tersebut sering dilanda banjir yang mengakibatkan rusaknya lahan pertanian.

Kegiatan vertikultur dilakukan pada Sabtu (13/08/2022) dan bertempat di posko KKN GAMA 169 di Kampung Pasir Bengkok, RT. 03/RW. 02, Desa Cisangu. Target peserta kegiatan vertikultur ini adalah 10 wanita Desa Cisangu, khususnya yang terdekat dengan posko.

Para peserta menganggap kegiatan pembuatan vertikultur sangat menarik karena mereka baru mendengar teknik bercocok tanam modern ini. Peserta sangat antusias mendengarkan pemaparan dari anggota kelompok KKN GAMA 169 mengenai media tanam, penyemaian, sampai praktik bersama.

Antusiasme peserta bertambah saat praktik penanaman ke dalam paralon yang menjadi tempat tanam. Pemindahan bibit pakcoi dari tray ke dalam paralon berjalan dengan meriah karena para peserta berlomba-lomba untuk meletakkannya ke dalam media yang baru tersebut.

Sebelum melakukan kegiatan vertikultur, para peserta diajarkan juga cara penyemaian benih menggunakan rockwool. Pemaparan materi dijelaskan secara terperinci agar tidak terlewat dengan harapan percobaan vertikultur bisa dilakukan di rumah masing-masing dengan hasil yang baik.

Acara berhasil dilaksanakan dengan lancar dan ramai meskipun hanya sedikit peserta dengan lokasi yang sederhana. Kekompakan antara kelompok KKN dan warga menjadi penopang kuat terciptanya acara yang berjalan lancar dan minim hambatan.

Hasil dari kegiatan vertikultur adalah sebuah instalasi sederhana, yaitu 4 paralon sepanjang 1 meter yang ditopang menggunakan bambu. Hal ini membuktikan bahwa vertikultur dapat menghemat lahan pertanian, apalagi meminimalkan risiko tergenang banjir.

Adanya kegiatan mengenai vertikultur diharapkan mampu diterima oleh warga Desa Cisangu dan saling membagikan ilmunya satu sama lain. Selain menghasilkan sumber makanan yang bergizi, seperti pakcoi dan sawi, vertikultur juga dapat dijadikan sebagai hiasan di rumah sehingga membuat lingkungan tampak asri dan indah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline