Lihat ke Halaman Asli

Pelestarian Kampung Kota Melalui Komunitas Peka Hysteria

Diperbarui: 6 Mei 2021   22:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kampung kota adalah suatu bentuk pemukiman di wilayah perkotaan yang khas Indonesia dengan ciri antara lain: penduduk masih membawa sifat dan prilaku kehidupan pedesaan yang terjalin dalam ikatan kekeluargaan yang erat, kondisi fisik bangunan dan lingkungan kurang baik dan tidak beraturan, kerapatan bangunan dan penduduk tinggi, sarana pelayanan dasar serba kurang, seperti air bersih, saluran air limbah dan air hujan, pembuangan sampah dan lainnya. (Budiharjo, 1992 ). Kota Semarang mulai terbentuk dari kampung- kampung kota yang tercipta dari pendatang yang singgah untuk berdagang maupun bertempat tinggal. Terbentuknya suatu kota dimulai dari pinggir sungai, karena aktivitasnya yang sangat membutuhkan sumber air sebagai keperluan sehari-hari maupun untuk sarana transportasi air, memudahkan dalam melakukan aktivitas perdagangan. Begitu pula dengan Kota Semarang, bantaran sungai di Semarang merupakan dasar pembentukan embrio Kota Semarang awal mulanya. Menurut peta Semarang tahun 1965, embrio Kota Semarang berada di kawasan yang menjadi kawasan pasar Johar bantaran sungai Banjir kanal (Wijanarko, 2001).

Menurut Setiawan (2010), secara fisik, sebagian kampung dicirikan dengan ketidakaturan, ketidakseragaman, ketidakmapanan, dan bahkan mungkin ketidakamanan serta ketidaksehatan. Semakin banyaknya pendatang dari luar kota dengan kekuatan ekonomi yang lemah menambah tingkat kepadatan kampung kota. Ditambah keterikatan warga pendatang dengan kampung masih rendah sehingga kepedulian terhadap kampung tersebut rendah. Lanjut menurut Setiawan (2010) dapat dikatakan bahwa sebagian besar warga miskin kota tinggal dan hidup di kampung. Pendatang baru dari pedesaan menjadikan kampung sebagai batu pijakan untuk mengarungi masa depan mereka di lingkungan kota.

Kota Semarang terbentuk dari kampung- kampung kota yang tercipta dari pendatang yang singgah untuk berdagang maupun bertempat tinggal. Terbentuknya suatu kota dimulai dari pinggir sungai, karena aktivitas yang membutuhkan sumber air sebagai keperluan sehari-hari maupun untuk sarana transportasi air yang akan memudahkan dalam melakukan aktivitas perdagangan. Bantaran sungai di Semarang merupakan dasar pembentukan embrio Kota Semarang awal mulanya. Saat ini kota Semarang berkembang semakin modern dan menarik banyak peminat untuk datang ke kota ini. Selain perannya sebagai ibu kota dan pusat pemerintahan JawaTengah, Semarang juga didukung dengan wilayah strategis sebagai kota pelabuhan yang mengalirkan arus perdagangan. Lahan yang terbatas di pusatkota merupakan aset berharga sehingga atas nama optimalisasi, pengalih fungsian lahan marak dilakukan baik dari pemerintah maupun developer. Terbatasnya lahan di Kota Semarang dapat menjadi sumber masalah bagipenduduk kota. Dengan infrastruktur yang lengkap serta menjadi kekuatan ekonomi di Jawa Tengah, Kota Semarang menjadi tujuan bagi pendatang darikota-kota sekitar. Hal ini mempengaruhi pertambahan pendudukdi Kota Semarang. Dengan tingkat konsumsi tertinggi di Jawa Tengah maka Kota Semarang juga menjadi target pasar bagi para pengembang properti. Di siniposisi kampung kota sangatlah riskan karena dihuni oleh warga-warga yang berekonomi lemah serta status tanah yang kadang masih belum jelas karenaturun-temurun dari hasil warisan atau sejak lama memang bermukim di sanatanpa ada pikiran untuk mengurus surat tanah. Kampung Bustaman merupakan sebuah perkampungan yang berada di tengahkota Semarang

Terbatasnya lahan di Kota Semarang menjadi sumber masalah bagi penduduk. Perlu adanya perencanaan tata guna lahan secara komprehensif serta hati-hati dan tidak mengakomodir kepentingan beberapa pihak saja. Dengan infrastruktur yang lengkap akan menjadi kekuatan ekonomi di Jawa Tengah, sehingga Kota Semarang menjadi tujuan bagi pendatang dari kota-kota sekitar. Kampung Bustaman merupakan perkampungan yang berada di tengah kota Semarang. Kampung Bustaman sebagian besar dihuni oleh masyarakat miskin, rentan dengan penggususran, penuh keterbatasan. KPK Hysteria pada 2013 mampu meningkatkan modal sosial kampung Bustaman dalam berjejaring dan berkegiatan. maka perlunya mendalami strategi apa yang dilakukan dan faktor apa saja yang mendukung terciptanya upaya pelestarian di kampung Bustaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline