Lihat ke Halaman Asli

Annisa Faradila

Mahasiswa Film dan Televisi Universitas Pendidikan Indonesia

Analisis Semiotika Film Miracle in Cell No.7

Diperbarui: 8 November 2022   11:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Semiotika merupakan studi yang menjelaskan makna 'Keputusan'. Hal yang dimaksud merupakan tanda, indikasi, kemiripan, analogi, metafora, simbolisme, makna dan juga komunikasi. Nampak jelas bahwa semiotika sangat berkaitan erat dengan pemakanaan yang lebih spesifik dan juga semiotika menjelesakan makna tersembunyi yang ada pada simbol atau tanda itu sendiri yang dimana seringkali tanda itu menjadi petunjuk atau dapat menghasilkan peristiwa baru maupun selanjutnya.

Film miracle in cell No. 7 ini merupakan film yang berasal dari korea selatan yang telang tayang pada 23 Januari 2013, film ini disutradarai oleh Lee Hwan-Kyung dibawah naungan CL Entertaiment pada film ini menceritakan tentang diskrimnasi yang dialami oleh penyandang kebutuhan khusus yaitu, penderita keterbelakangan mental Lee Yong Goo memiliki seorang putri kecil bernama Ye Sung. Ya Sung menjadi anak yang berbakti karena membantu ayahnya dalam membayar berbagai keperluan seperti tagihan listrik sampai biaya sekolah. Ia melakakukannya bukan karena terpaksa tapi karena keadaan ayahnya itu sendiri, hal tersebut dilakukan tanpa mengurangi rsa sayangnya sedikitpun. Namun, pada suatu ketika sang ayah terkena sebuah kasus yang membuat dia harus masuk kedalam penjara dan harus dijatuhi hukuman mati.

Melihat semiotika dengan menggunakan teori Branches Of Inquiry yang memiliki 3 aspek yaitu, Semantik, Sintatik, dan Pragmatik. Dapat kita lihat penerapannya Secara semantik, pada scene ini menunjukkan bahawa emosi yang dimiliki oleh Ye Sung sangat menggetarkan perasaan ayahnya yang akan di hukum mati, tangisan yang diberikan membuat emosi sang ayah ikut meluap dan tidak ingin meninggalkan anaknya walaupun pada akhirnya tangisan itu tetap tidak tertolong. Secara Sintaktik, komposisi pada frame ini memperlihatkan sang anak ada dibagian bawah jeruji penjara yang membuat sang anak terlihat kecil dan tidak berdaya, komposisi ini sangat mendukung kenyataan yang harus di hadapi Ye Sung bahwa ayahnya harus di hukum mati dan dia tidak berdaya dalam menolong ayahnya. Dan terakhir secara Prgmantik, dengan menggunakan sudut high angle sangat mendukung ketidakberdayaan Ye Sung dan akhirnya hanya bisa tertuangkan dengan tangisan kepada para sipir yang membawah ayahnya pergi menjauh dan warna ya disajikan mendukung suasana ketidakberdayaan Ye Sung.

Pemaknaan semiotika ini menjadi lebih dalam dengan menggunakan Pierce Teori yang di bagi menjadi 3 bagian yaitu, Ikon, Indeks dan Simbol. Penerapan yang disajikan secara ikon pada film ini adalah tas anak, yang mewakili tanda pada pemain. Dalam film ini tas anak menjadi alasan utama masalah ini mulai terbentuk dan akhirnya meninmbulkan malapetaka bagi pemeran utamanya itu sendiri.

Berikutnya penyaijan Indeks pada Film ini terletak pada Jeruji penjara, dimana hal ini menggambarkan bahwa jeruji penjara merupakan pandangan buruk terhadap orang-orang yang melakukan kriminalitas dan hal ini yang menjadi sebab akibat ayahnya terlihat buruk dikalangan masyarakat yaitu, masuk kedalam penjara karena melakukan tindakan kriminal.

Dan yang terakhir penyajian simbol pada film ini terletak pada karakter yang ada pada film ini yaitu sang ayah Lee Yong Goo sebagai orang yang memiliki keterbelakangan mental. Dengan melihat karakter ayah pada film ini semua penonton sepakat bahwa ada hal yang mempengaruhi sikap Lee Yong Goo dan akhirnya dimengerti oleh para penonton.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline