Susukan, Semarang - (Selasa, 6/8) Mahasiswa UNNES GIAT 9 mendapatkan kesempatan untuk mengabdi di Desa Koripan melakukan kegiatan sosialisasi Budidaya Maggot sebagai pelaksanaan program K2B pada pertemuan rutin PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) Dusun Ngabeyan yang berlokasi di rumah Kepala Dusun.
Maggot sebutan untuk larva lalat hitam (Black Soldier Fly). Maggot adalah tahap awal kehidupan lalat, sebelum berubah menjadi kepompong dan akhirnya menjadi lalat dewasa. Meskipun lalat memiliki konotasi negatif akan tetapi maggot sangat potensial untuk dikembangkan menjadi pengurai sampah organik domestik rumah tangga.
Istilah dari K2B atau disebut dengan Kartini Koripan Berdaya ini adalah sebuah program kerja UNNES GIAT 9 Desa Koripan yang telah terlaksana dengan lancar dan tertib. Pada program kerja ini sasaran yang dituju adalah kartini Desa Koripan atau dapat diartikan sebagai perempuan penggerak di Desa Koripan. Kegiatan ini bertujuan untuk memberi wawasan kepada perempuan - perempuan di Desa Koripan tentang pentingnya budidaya maggot. Sebelum tim UNNES GIAT 9 melakukan sosialisasi, terlebih dahulu telah dilaksanakan uji coba pembudidayaan maggot di posko tim unnes giat 9 tepatnya terletak di Dusun Semagu, Desa Koripan.
Foto: Penetasan bibit maggot hingga Penguraian Sampah oleh maggot yang dilakukan di posko UNNES GIAT 9 Desa Koripan (Cika Nafi'a/UNNES GIAT 9)
Foto: Pembuka materi oleh Hudha Bagus Setyadi (Cika Nafi'a/ UNNES GIAT 9)
Foto: Annisa Dwi Lestari memperlihatkan secara langsung sampel maggot dan menjelaskan kepada ibu-ibu PKK (Livia Putri/UNNES GIAT 9)
Selain itu, pada kegiatan ini juga diadakan games yang bertujuan untuk meningkatkan suasana dan membangun kebersamaan dengan Ibu-Ibu PKK Dusun Ngabeyan. Tim UNNES GIAT 9 juga mempersiapkan cinderamata sederhana untuk pemenang yang membuat suasana menjadi lebih meriah.
Foto: Pelaksanaan games dan foto bersama pemenang (Cika Nafi'a/ UNNES GIAT 9)
Tim UNNES GIAT 9 berharap kegiatan yang telah dilaksanakan ini tidak hanya menjadi sebuah langkah awal dalam mengenalkan maggot sebagai solusi pengurai sampah dan pakan ternak alternatif, tetapi juga dapat memberikan dampak yang nyata bagi masyarakat desa. Dengan penerapan yang tepat, maggot dapat menjadi salah satu solusi efektif dalam mengatasi permasalahan lingkungan sekaligus meningkatkan produktivitas peternakan di tingkat lokal. Kami berharap inisiatif ini dapat terus dikembangkan dan menjadi inspirasi bagi desa-desa lain untuk mengadopsi teknologi ramah lingkungan ini, sehingga keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat desa dapat terwujud dengan lebih baik.
SUSUNAN TIM PANITIA SOSIALISASI