Lihat ke Halaman Asli

Annisa Dian Karina

Universitas Muhammadiyah Malang

Mahasiswa UMM Mengedukasi Tentang Karakter Resiliens Anak, Dagusibu dan Antibiotik

Diperbarui: 13 Februari 2023   18:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Edukasi bersama wali murid TK Dian Agung (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang tergabung dalam Kelompok 41 Gelombang 13 Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) Bhaktiku Negeri dengan Dosen Pembimbing Lapang (DPL) Bapak Ganjar Adhywirawan Sutarjo, M.P. telah melaksanakan kegiatan edukasi di TK Dian Agung. Perlu diketahui bahwa kegiatan PMM ini menjadi wadah bagi para mahasiswa menyalurkan berbagai macam kegiatan positif pada masyarakat. PMM sendiri bertujuan untuk mengaplikasikan Hilirisasi hasil penelitian Universitas Muhammadiyah Malang. 

Edukasi yang telah dilakukan oleh kelompok 41 berkaitan dengan membangun karakter resiliens anak, dagusibu dan antibiotik kepada wali murid TK Dian Agung. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa (07/02) yang diikuti sekitar 15 orang dengan durasi sekitar 20 menit. Edukasi dilakukan dengan memberikan 2 jenis brosur, mahasiswa menjelaskan secara singkat, jelas, dan padat kepada wali murid. Di akhir sesi presentasi wali murid dapat bertanya atau mengajak berdiskusi jika ada hal yang ingin dibahas.

Karakter resiliens merupakan hal penting untuk menjadi perhatian di masa perkembangan anak. Resiliensi (resilience) merupakan kemampuan seseorang secara mental maupun emosional dalam menghadapi kesulitan atau masalah yang dihadapi dan dapat bertahan pada kondisi semula, sehingga karakter resiliens perlu dikembangkan sejak dini melalui pengasuhan yang tepat dan positif. Anggota PMM, Annisa berharap output dari psikoedukasi ini wali murid dapat memahami pentingnya karakter resiliens dan menerapkannya pada anak. "Selain sekolah/TK, lingkungan keluarga berperan penting dalam mendukung perkembangan anak terutama pembentukan karakter. Setelah masa TK anak akan memasuki masa SD, setelah SD lalu SMP, dan seterusnya. Dengan perubahan yang akan dilalui, mereka harus bisa menghadapi segala situasi, terutama kemampuan sosial dan emosional yang baik harus senantiasa tertanam dalam diri. Jika sejak dini anak dibiasakan dan dilatih dengan perilaku yang mengarah pada resiliensi atau ketangguhan, mereka akan menjadi individu yang berfungsi secara penuh di segala aspek," tuturnya.

Dari sisi edukasi terkait obat-obatan, menurut Alviani pemahaman tentang dagusibu dan antibiotik perlu untuk disampaikan. Dagusibu merupakan singkatan dari dapatkan, gunakan, simpan dan buang, hal ini perlu diketahui masyarakat agar mereka tahu cara mendapatkan, penggunaan, penyimpanan dan pembuangan suatu obat. Lalu terkait antibiotik, terkadang kalimat 'antibiotik harus diminum sampai habis' sering disepelekan, sehingga perlu untuk menyadarkan masyarakat terkait hal ini. "Edukasi dagusibu ini perlu disampaikan agar masyarakat tahu bahwa mendapatkan obat itu hanya di fasilitas kesehatan, dengan penggunaan yang tepat sesuai label aturan pemakaian yang dianjurkan oleh dokter dan dapat bertanya tentang hal lain pada dokter atau apoteker. Penyimpanan obat juga harus dicermati agar tidak terkontaminasi bakteri, dan terakhir pembuangan obat sangat penting diperhatikan agar tidak disalahgunakan, misalnya kapsul, tablet, serbuk dicampur dengan tanah kemudian dibuang," ujarnya.

"Nah kalau tentang antibiotik terkadang orang-orang itu menyepelekan antibiotik, sehingga antibiotik tidak dihabiskan. Padahal harusnya antibiotik diminum secara teratur dan dalam jangka waktu yang tepat. Mengapa demikian? karena bakteri itu jika sudah di dalam tubuh ia akan berkembang dan kuat, jadi harus diminum sampai habis," tambahnya.

Penggunaan lembar brosur sebagai media edukasi (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Selama edukasi berlangsung wali murid mendengarkan dan memperhatikan dengan seksama penyampaian materi dari mahasiswa. Salah wali murid sempat menanggapi terkait materi yang disampaikan mahasiswa "Oh iya mbak berarti kalau semisal anak gagal itu gaboleh langsung disalahkan yaa, tetapi tetap diarahkan oleh kita?" ujar ibu Y. Kemudian mahasiswa juga menyetujui "Iya betul ibu, mereka tetap diarahkan dan diberi kesempatan untuk mencoba hingga mencapai keberhasilannya. Mungkin juga bisa diberitahu bahwa jangan takut gagal, justru dari kegagalan itu kan ada pembelajarannya untuk kedepan".

Setelah sesi edukasi berakhir, wali murid berterima kasih kepada mahasiswa atas pemberian informasi yang bermanfaat. "Terima kasih atas materi yang diberikan, saya awalnya tidak tahu apa itu karakter resiliens sekarang jadi lebih paham dan ingin mencoba membiasakan pada anak saya. Lalu saya juga jadi lebih paham tentang obat dan antibiotik," ungkap ibu S, wali murid kelas A. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline