Di Kabupaten Indramayu tepatnya di Desa Lelea Kecamatan Lelea, ada sebuah tradisi unik yang rutin diadakan tiap tahun bernama Ngarot. Tradisi ini diadakan di bulan Desember tepatnya di minggu ke tiga atau setelah masa panen, dan selalu diadakan di hari Rabu karena masyarakat Desa Lelea percaya bahwa hari Rabu adalah hari yang dikeramatkan.
Ngarot adalah tradisi khas Indramayu yang diselenggarakan sebagai bentuk rasa syukur atas panen melimpah yang masyarakat dapatkan.Tradisi Ngarot ini tidak hanya diadakan di Desa Lelea saja tetapi juga Desa Tamansari,Desa Nunuk, dan Desa Tunggul Payung.
Acara Ngarot biasa dimulai pukul 07.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB. Ada satu hal yang menjadi ciri khas dalam acara Ngarot, yaitu puluhan gadis yang ikut dalam perayaan yang disebut gadis Ngarot. Gadis Ngarot ini berusia sekitar 10-20 tahun. Para gadis didandani dengan baju tradisional dan dikepalanya ditaruh hiasan bunga asli yang masih segar. Gadis Ngarot ini nantinya akan diarak mengelilingi desa. Selain para gadis ada pula para jajaka yang menggunakan baju pangsi, ikut dalam perayaan Ngarot. Tradisi ini memang bermaksud mengumpulkan para pemuda dan pemudi yang nantinya akan diberi tugas untuk bertani agar mereka saling bekerjasama dan gotong royong mengolah sawah.
Setelah para gadis dan jajaka siap, mereka dibawa ke Balai Desa Lelea untuk melaksanakan beberapa upacara ritual dan doa. Mitosnya, jika ada bunga yang layu di atas kepala gadis Ngarot saat ritual dan doa berlangsung, maka hal itu menandakan bahwa gadis Ngarot tersebut sudah tidak perawan lagi. Namun filosofi sebenarnya dari bunga tersebut adalah agar para gadis dapat menjaga kehormatannya
Setelah upacara ritual dan doa selesai, gadis Ngarot dan para jajaka di bawa keliling desa atau sering kita sebut dengan "arak-arakan". Saat arak-arakan akan dimulai para gadis dan jajaka berbaris. Gadis Ngarot akan didampingi oleh ibunya. Selama arak-arakan, dibarisan paling belakang ada barisan pengiring musik dimana musiknya berasal dari alat musik gamelan yang dimainkan dan melantunkan lagu khas Indramayu. Arak-arakan dilaksanakan dari Desa Lelea sampai perbatasan Desa Lelea dengan Desa Larangan kemudian kembali lagi dan berkumpul di Desa Tamansari.
Setelah arak-arakan selesai, para gadis Ngarot dan Jajaka kembali ke Balai Desa. Acara dilanjutkan dengan prosesi seserahan yang diberikan kepada para kasinoman (pemuda pemudi). Prosesi penyerahan terdiri dari penyerahan kendi berisi air putih yang diberikan oleh Kepala desa,lalu penyerahan pupuk oleh tetua desa,kemudian penyerahan alat bertani oleh raksa bumi, selanjutnya penyerahan sepotong daun kuning,daun androing, dan daun pisang yang akan ditancapkan di sawah oleh Lebe (tokoh agama). Semua proses penyerahan benda tersebut memiliki arti dan filosofi tersendiri.
Kemudian ada beberapa hiburan rakyat seperti penampilan tari topeng,tari ketuk,tari ketuk tilu,pertunjukan sandiwara, dan juga pertunjukan wayang.
Selain itu ada pameran makanan dan wahana permainan atau sering disebut pasar malam yang menjadi pelengkap perayaan tradisi Ngarot. Perayaan ini tidak hanya dihadiri oleh warga lokal Desa Lelea dan sekitarnya saja, namun para pejabat Dinas Budaya dan Pariwisata Indramayu, Nang dan Nok Indramayu, juga beberapa wisatawan asing turut hadir memeriahkan acara Ngarot.
Tradisi Ngarot ini sudah menjadi ciri khas dari Indramayu sendiri, terutama pada gadis Ngarot yang tiap tahunnya menjadi ikon Festival Cimanuk saat perayaan hari jadi Kabupaten Indramayu. Pakaian gadis Ngarot pun menjadi pakaian tradisional khas Indramayu. Hal ini menjadi daya tarik dari budaya masyarakat Lelea yang dapat menjadi salah satu tujuan di daftar liburan keluarga karena selain acaranya dilaksanakan di akhir tahun, tetapi juga tradisi ini memiliki keberagaman budaya yang dapat menjadi wisata edukasi bagi keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H